[Tips] Jurus Jitu untuk Berubah

[Tips] Jurus Jitu untuk Berubah

Growing, that what we do everyday…

We grow when we are sleeping, and even when we play…

Because we grow each other, we can do more things…

Because I’m growing, and so are you…

We grow a little bigger, taller, not smaller…

We grow a little friendlier too…

(kutipan dari salah satu lagu dalam film serial Barney)

 

tips-1Menyanyikan kutipan lagu di atas rasanya semangat dan riang gembira. Ada energi lincah yang ringan bergerak menuju ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Gairah untuk terus tumbuh berkembang setiap hari ini menjadi salah satu hasrat terdalam manusia. Dalam psikologi, hal tersebut kita kenal sebagai motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk terus berusaha menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Proses melakukan perubahan mengikuti dorongan berprestasi tidak selalu berlangsung mulus. Kita sering kali mengalami jatuh bangun sebelum sukses. Waktu kecil, proses jatuh bangun ini tidak merintangi perkembangan, melainkan menjadi jalan padu menuju keberhasilan. Misalnya, anak kecil yang terus semangat walau jatuh bangun setiap hari sebelum lancar berjalan.

 

tips-2Namun setelah remaja, proses jatuh bangun mulai (terasa) menjadi batu sandungan. Mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru misalnya, tidak lagi semudah dulu dilakukan. Kesulitan dapat membuat orang enggan meneruskan usaha, meskipun belum mencapai tujuannya.

Pilihan menghentikan usaha, awalnya membuat perasaan lega. Namun kegagalan yang terjadi selanjutnya menimbulkan penyesalan, yang membuat perasaan semakin tertekan. Tantangan dalam proses tumbuh kembang pun menjadi lebih kompleks, tidak hanya target objektif, tapi ditambah dengan pengelolaan emosi negatif.

 

Bagaimana agar kita dapat kembali antusias menyambut tantangan?

 

tips-3Pertama-tama, pertanyaan ini sendiri, perlu kita sadari, sebagai ujud sikap penghakiman. Tanpa sadar, kita telah menghakimi kondisi jatuh bangun yang sedang berlangsung sebagai masalah yang tidak kita inginkan. Kita lebih suka kondisi ideal yang penuh semangat daripada kenyataan yang penuh pergulatan. Menyadari sikap penghakiman yang spontan muncul dalam benak, lalu memutuskan berhenti dan tidak lanjut mengikutinya, akan membantu kita tidak mudah terhanyut oleh emosi dan pikiran negatif. Jurus Satu: Stop Menghakimi.

 

Dengan sikap netral, persepsi kita pun menjadi objektif. Proses jatuh bangun tidak lagi kita tempatkan sebagai masalah, melainkan kita terima sebagai bagian dari proses tumbuh kembang itu sendiri. Menyadari kejadian yang berlangsung di dalam proses, dan menerima kejadian tersebut sebagaimana adanya, akan membantu kita tidak reaktif. Kita tidak tergesa-gesa mengubah kenyataan yang ditolak oleh pikiran, emosi, dan dorongan pribadi. Jurus Dua: Menerima.

 

Setelah menerima, konflik batin pun usai. Kenyataan yang ada tidak lagi mengganggu, malah menggugah rasa ingin tahu: “Hmm… utak-atik apa ya yang bisa saya lakukan untuk meningkatkan kondisi sekarang?!” Ada gairah murni untuk belajar menguasai hal baru, yang menginisiasi terjadinya perubahan.  Jurus Tiga: Pembelajar.

 

tips-4
(rom-consultancy.co.uk)

Namun ada kalanya, gairah tersebut terlalu tinggi. Kita merasa sangat antusias sampai-sampai mengalami ketegangan. Energi yang kita keluarkan melebihi keperluan. Kita merasa terusik dan gusar saat orang lain meminta perhatian. Kita juga merasa frustasi saat upaya belajar tak kunjung berhasil sesuai harapan. Lucunya, semakin keras kita berupaya, justru hasilnya semakin tidak memuaskan. Tanpa sadar, gairah murni untuk belajar tadi sudah tercemar menjadi ego, yang berupaya untuk memaksakan keinginan sendiri agar dapat terpenuhi.

Alih-alih menggempur masalah secara mati-matian, lebih baik kita jeda sejenak untuk melepaskan semua ketegangan. Tarik nafas panjang teratur dapat menenangkan. Dalam keadaan rileks, langkah menjadi lebih proporsional. Pepatah Jawa menyatakan: Alon-alon waton kelakon (pelan-pelan asal terwujud/berhasil). Jurus Empat: Stop Bersikeras Memaksakan.

 

tips-5
(industryweek.com)

Di tengah proses yang berangsur-angsur maju, ada kalanya muncul perasaan bosan, ataupun pikiran yang mempertanyakan kembali ketepatan tujuan. Saat godaan untuk berpaling muncul, kita perlu mawas diri, antara lain dengan memperlambat tempo gerakan, termasuk bernafas secara lebih lambat dan panjang. Setelah desakan reda, fokus kita akan kembali ke tujuan.  Jurus Lima: Sabar.

 

Bukan belajar namanya bila sudah bisa, atau mau langsung bisa. Belajar adalah proses menghadapi hal baru, yang awalnya terasa sulit, namun setelah dihadapi dan digumuli terus menerus, lama kelamaan menjadi mudah. Untuk mau bersedia menghadapi kesulitan, seseorang perlu memiliki rasa percaya yang mendasar, yaitu bahwasanya semua ini mutlak baik. Menaruh kepercayaan penuh pada apapun kejadian yang berlangsung akan menjalin sinergi untuk perkembangan. Jurus Enam: Percaya.

 

tips-6
(gunungtuga.opendess.id)

Roda perkembangan pun terus berputar. Ada kalanya kita berada di atas, dan ada kalanya kita turun ke bawah. Reaksi spontan manusia adalah ingin mempertahankan dan terus meningkatkan keberhasilan. Sikap spontan ini perlu kita terima sebagai sisi manusiawi, agar kelekatan pada hasrat keberhasilan mengendur dan lepas. Kita pelan-pelan menjadi ikhlas menerima apapun posisi roda perkembangan yang sedang dialami. Sikap lepas bebas membuat roda perkembangan menggelinding lancar menuju arah tujuan hidup kita. Jurus Tujuh: Melepaskan.                                                                                      

 

Ketujuh jurus tersebut di atas akan membantu kita mawas diri dan bertindak efektif, sehingga perkembangan nyata terjadi. Jon Kabat – Zinn (1990) menyatakannya sebagai 7 aspek kunci intervensi dengan berkesadaran, yang saat ini kita kenal sebagai 7 prinsip mindfullness. Tulisan ini menyebutnya sebagai jurus jitu untuk berubah, yaitu Stopmenpem – Stopbaryapas (Stop menghakimi, menerima, pembelajar, stop bersikeras, sabar, percaya, melepaskan). Bagaimana ya praktik ketujuh jurus jitu tersebut dalam aktivitas harian? Sebagai ilustrasi, mari kita ikuti cerita singkat berikut ini.

Seorang mahasiswi merasa dirinya gendut, sehingga ia bertekad untuk melakukan diet. Diet dilakukan dengan cara puasa. Seminggu pertama, diet puasanya berjalan lancar, dan timbangannya turun. Hatinya girang! Namun pada minggu kedua, disiplinnya mengendur. Ia bahkan kebablasan makan secara berlebihan daripada biasanya, sehingga merasa menyesal. Ia lalu membulatkan tekad awalnya lagi. Namun proses di atas kembali terulang. Terus demikian. Sampai akhirnya ia kelelahan dan merasa apapun daya upaya yang akan ia kerahkan nanti akan percuma saja karena toh pola tersebut akan terus terulang juga.

Ia terdiam.

Ia menghentikan perjuangannya.

Ia berada pada zona nol mutlak, tanpa ada gerak-gerik batin di dalam diri.

Ketika lapar datang, ia tidak terburu-buru langsung makan. Langkah memenuhi kebutuhan dilakukannya secara pelan-pelan. Perilaku makannya berlangsung alamiah, tanpa didikte oleh ego. Hasil makannya proporsional, atau secukupnya.

Tiga bulan kemudian, ia baru tersadar, bahwa kini ia merasa nyaman dengan tubuhnya.

tips-7
(drleona.com)

Dari cerita di atas, apa sajakah faktor yang mempengaruhi kegagalan mahasiswi itu untuk berubah? Pertama, ia menghakimi kondisi tubuhnya sebagai kegendutan. Kedua, ia menolak hasil penilaian tersebut dan ingin mengubahnya. Ketiga, proses mengubah diri dilakukan dengan memaksakan diri. Jadi, setidaknya ada tiga faktor yang menghalangi keberhasilan upaya mahasiswi di atas dalam melakukan perubahan, yaitu: penghakiman, penolakan, dan memaksakan.

 

Sementara itu. faktor apa sajakah yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswi itu untuk berubah? Pertama, ia pembelajar yang gemar mengupayakan perbaikan diri dari waktu ke waktu. Kedua, ia cukup sabar untuk bertahan dalam proses jatuh bangun yang melelahkan. Ketiga, ia cukup percaya dan menaruh harapan bahwasanya upaya dia suatu saat akan berujung pada keberhasilan. Keempat, ia melepaskan egonya, dan berhenti mengandalkan kekuatan sendiri dalam upaya melakukan perubahan. Maka, setidaknya ada empat jurus yang ia sudah lakukan, yaitu: pembelajar, sabar, percaya, dan melepaskan.

Mudah-mudahan ilustrasi di atas cukup dapat memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan prinsip kesadaran dalam proses melakukan perubahan di kehidupan sehari-hari. Adakah alternatif skenario lain yang memanfaatkan ketujuh jurus jitu Stopmenpem – Stopbaryapas dalam melakukan perubahan? Mari kita coba susun bersama. Anda dapat berbagi pandangan maupun pengalaman di kolom komentar. Sharing Anda akan sangat bermanfaat bagi para pembaca lainnya. Terima kasih.***

(Pustaka: berbagai sumber tentang “7 Pilar Kesadaran”).

 

sumber :  (fimela.com)

 

sumber : (disdik.tanjabtimkab.go.id)

 

sumber : (ajatsu.tumblr.com)

Levianti

Levianti

Levianti, S.Psi, M.Si, Psikolog menjalani keseharian sebagai Dosen Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Penerapan keilmuan dilakukan melalui profesi associate assessor di Daya Dimensi Indonesia, associate trainer di Konsultan Intered, serta anggota tim konselor di Pusat Layanan Psikologi UEU dan Biro Konseling Keuskupan Bandung. Minatnya untuk berefleksi dan menulis tersalurkan melalui penyusunan renungan harian bagi Lumen Cahaya Indonesia - youtube Hidup TV. Ia juga menulis lepas di blog Proaktif Online dan Kompasiana. Bersama suaminya, ia pun merintis wirausaha Kopi Bale 62 sejak tahun 2016. Bidang Ilmu Psikologi merupakan panggilan hidupnya yang terus ia tekuni secara sederhana melalui aktivitas hidup harian.

Related Posts

[Tips] Melampaui Piring: Solusi Lokal untuk Masalah Global

[Tips] Melampaui Piring: Solusi Lokal untuk Masalah Global

[Tips] CBS : Berurut dan Bermakna

[Tips] CBS : Berurut dan Bermakna

[Tips] Latihan Menyulam Sambil Curhat

[Tips] Latihan Menyulam Sambil Curhat

[Tips] Melatih Keterampilan Berpikir Sistem Pada Remaja Melalui Permainan

[Tips] Melatih Keterampilan Berpikir Sistem Pada Remaja Melalui Permainan

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 11
Total Visitors: 59716

Visitors are unique visitors