[Tips] Teknik Nafas Praktis

[Tips] Teknik Nafas Praktis

Apa yang Anda rasakan saat bangun tidur pagi?

Apakah rasanya masih ingin tidur lagi?

Apakah Anda merasa cukup tidur dan siap memulai hari?

Atau apakah kesegaran terasa menyeruak, dan Anda semangat riang gembira mau melakukan aktivitas?

Apakah faktor yang membedakan ketiga macam rasa bangun pagi ini?

tips_levi_3
(Sumber: eventbrite.co.uk, educationworld.in)

Orang tua sering menasehati anaknya untuk tidur tidak larut malam. Tujuannya agar anak bangun dengan segar karena waktu tidurnya cukup. Orang tua biasanya juga mengantarkan anak berangkat tidur. Ada yang menceritakan dongeng, saling tukar cerita ringan, doa bersama, menyelimuti dan mematikan lampu, mendaratkan kecupan malam, dan lain sebagainya. Tujuannya agar tidur anak nyenyak karena perasaannya tenang dan nyaman. Apakah kuantitas dan kualitas waktu tidur merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas bangun pagi?

Saat tubuh cukup tidur, tubuh terasa segar. Namun bangun pagi belum tentu terasa menyenangkan. Ada kalanya tubuh kita segar, namun rasanya enggan melakukan aktivitas di depan mata. Bayangan beban tanggung jawab langsung membuat hidup terasa berat. Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Tidur kembali – ataupun memaksakan diri untuk bangkit, merupakan reaksi spontan yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang. Reaksi spontan ini berhasil mengatasi masalah bangun pagi dengan sekejap. Akan tetapi, masalah bangun pagi yang sama cenderung terulang lagi di hari-hari berikutnya. Semakin hari, tubuh rasanya semakin lelah, dan bangun pagi terasa semakin tidak menyenangkan.

Kondisi tersebut di atas merupakan akibat dari perilaku tidak sadar karena sebenarnya reaksi spontan tersebut merupakan reaksi penolakan atas kondisi tubuh kita. Kita ingin mengusir beban berat, dan bukan menerima kondisi ini secara apa adanya. Atau kita pikir, kita sadar dan sudah melakukan semua aktivitas dengan sungguh-sungguh; sampai-sampai tidak menyadari bahwa kita terlalu bersungguh-sungguh, dan terobsesi dengan keinginan untuk sadar dan total dalam beraktivitas. Tubuh kita menjadi tegang dan tidak rileks.

Alih-alih melakukan reaksi spontan, kita dapat diam duduk rileks sejenak. Tariklah nafas panjang dari hidung, dan hembuskanlah pelan-pelan dari mulut. Tindakan ini dapat mengendurkan ketegangan.

Setelah ketegangan lepas melalui beberapa kali nafas panjang, kita dapat membangun semangat dengan melakukan power breath. Caranya adalah dengan membuang nafas seperti membuang ingus selama beberapa kali. Fokus perhatian pada nafas yang kita buang saja. Secara otomatis, nafas masuk sendiri langsung setelah kita membuang nafas. Setelah beberapa kali, tubuh terasa segar seperti habis berolahraga. Waktu jeda nafas ini berfungsi mengolah perasaan terbebani menjadi semangat.

tips_levi_2
(Sumber: wellandgood.com)

Jangan terburu-buru mengikuti semangat dengan langsung melakukan aktivitas. Reaksi spontan hanya akan memboroskan semangat dan cepat berujung pada kelelahan. Setelah perasaan terbebani diolah menjadi semangat, bangkitlah berdiri pelan-pelan. Rasakan rambatan energi halus di telapak kaki. Rasakan energi lapang di ubun-ubun. Melangkahlah pelan-pelan. Lakukan aktivitas pelan-pelan. Nikmati sejenak aktivitas yang dilakukan pelan-pelan. Setelah terasa cukup, hentikan aktivitas tersebut. Nikmatilah rasa yang ada saat berdiri. Rasakan kembali rambatan energi halus di telapak kaki dan energi lapang di ubun-ubun. Ibarat mesin yang sudah panas, tubuh Anda kini siap laju beraktivitas.

Waktu jeda nafas di atas dapat juga Anda lakukan di sela-sela aktivitas sepanjang hari. Kebiasaan melakukan jeda nafas melancarkan sirkulasi oksigen di dalam tubuh, sekaligus mengolah sikap mental penolakan menjadi sikap mental penerimaan dan siap sedia. Emosi negatif tidak tersimpan dalam tubuh, dan beban tidak tertimbun menjadi berat. Keadaan kita menjadi terasa asli, lelah langsung teratasi dengan istirahat cukup, dan rasa enggan tidak mencemari tubuh yang segar. Kondisi negatif tetap muncul, namun tidak langsung ditolak, melainkan disadari dan diterima, sehingga terolah menjadi kondisi positif, dan siklus energi berkelanjutan. Energi lebih solid saat beraktivitas, dan produktivitas menjadi lebih konsisten. Kualitas bangun pagi kita pun berkembang. Tidak percaya? Jangan percaya, kalau Anda belum mengalaminya sendiri (Buddha).

***

Levianti

Levianti

Levianti, S.Psi, M.Si, Psikolog menjalani keseharian sebagai Dosen Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Penerapan keilmuan dilakukan melalui profesi associate assessor di Daya Dimensi Indonesia, associate trainer di Konsultan Intered, serta anggota tim konselor di Pusat Layanan Psikologi UEU dan Biro Konseling Keuskupan Bandung. Minatnya untuk berefleksi dan menulis tersalurkan melalui penyusunan renungan harian bagi Lumen Cahaya Indonesia - youtube Hidup TV. Ia juga menulis lepas di blog Proaktif Online dan Kompasiana. Bersama suaminya, ia pun merintis wirausaha Kopi Bale 62 sejak tahun 2016. Bidang Ilmu Psikologi merupakan panggilan hidupnya yang terus ia tekuni secara sederhana melalui aktivitas hidup harian.

Related Posts

[Tips] Melampaui Piring: Solusi Lokal untuk Masalah Global

[Tips] Melampaui Piring: Solusi Lokal untuk Masalah Global

[Tips] CBS : Berurut dan Bermakna

[Tips] CBS : Berurut dan Bermakna

[Tips] Latihan Menyulam Sambil Curhat

[Tips] Latihan Menyulam Sambil Curhat

[Tips] Melatih Keterampilan Berpikir Sistem Pada Remaja Melalui Permainan

[Tips] Melatih Keterampilan Berpikir Sistem Pada Remaja Melalui Permainan

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 6
Total Visitors: 59711

Visitors are unique visitors