[Jalan-jalan] Pemanfaatan Lahan Tidur Perkotaan Menjadi Kebun Komunal Bersama Warga

[Jalan-jalan] Pemanfaatan Lahan Tidur Perkotaan Menjadi Kebun Komunal Bersama Warga

Program Aktivasi Lahan Tidur Menjadi Kebun Komunal

di RW 06, Cisaranten Endah

 

Selama bulan Februari hingga Juli 2022, aku mengikuti program Tani Bestari yang diadakan oleh Seni Tani. Program ini merupakan pelatihan bagi pemuda kota untuk mempelajari prinsip-prinsip urban farming dengan metode regeneratif. Salah satu kegiatan dari program tersebut adalah praktek langsung untuk memanfaatkan lahan tidur di sekitar untuk dijadikan kebun dengan berkolaborasi bersama warga setempat. Cerita ini merupakan hasil refleksiku selama aku mengikuti kegiatan tersebut.

Kegiatan aktivasi lahan tidur ini merupakan proyek akhir dari seluruh pembelajaran teori maupun praktek yang diberikan selama 2 bulan pertama pada program Tani Bestari. Kegiatan ini merupakan kegiatan sosial di mana kami langsung terjun ke lapangan di RW 06 Cisaranten Endah untuk membuat kebun di atas lahan yang terletak di pinggir Sungai Cipamokolan.

Pada masa awal kegiatan aku masih merasakan keraguan dalam benakku karena setelah lulus kuliah pada tahun 2017, aku tidak pernah terlibat dalam kegiatan sosial lagi. Namun, bimbingan dari para fasilitator dan mentor serta semangat dari teman-teman yang selalu hadir memberikan kepercayaan diri untuk berkegiatan bersama. Ditambah lagi antusiasme para warga RW 06 serta Pak Upri selaku Ketua RW 06 yang terbuka dan suportif menambah motivasiku dalam melakukan kegiatan ini.

Pak Upri sempat bercerita kepada kami bahwa sebenarnya warga RW 06 pernah memiliki kegiatan urban farming yang tergabung dalam program Buruan SAE yang didukung oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung. Namun, beberapa kendala di lapangan termasuk datangnya pandemi COVID-19 menyebabkan kegiatan urban farming tersebut harus terhenti. Beliau bercerita kepada kami bahwa sebenarnya pengurus RW ingin kembali memiliki program berkebun bersama dengan para warga terutama karena ada lahan tidur yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.

jalan-jalan-01
Berfoto bersama Warga (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)

Rangkaian Kegiatan

Dalam menjalankan program aktivasi lahan tidur ini, terdapat beberapa tahapan yang kami lewati. Tahapan tersebut adalah:

1. Riset Sosial untuk Mencari Temuan Lapangan

Sebelum kami merancang kebun, kami diajak untuk melakukan riset sosial terlebih dahulu mengenai kebutuhan dan permasalahan sosial yang dialami oleh warga RW 06. Tujuan dari riset sosial ini adalah mengintegrasikan desain kebun dengan pencarian solusi permasalahan yang terjadi di lapangan.

Pertama-tama, kami  mendapatkan materi tentang Human-Centered Design dan User Research dari Mbak Mita dari Riset Indie. Kami diminta untuk mengidentifikasi siapa saja stakeholder yang terlibat dalam aktivasi kebun tersebut. Kami berhasil mengidentifikasi sekitar 10 stakeholder yang meliputi Ketua RW, Ketua RT, Ibu-ibu PKK, Kader Posyandu, remaja karang taruna, pemilik warung dan sebagainya. Keesokan harinya kami terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara. Terdapat beberapa temuan yang menarik terkait dari berbagai sudut pandang sebagai berikut.

  1. Temuan pertama adalah meskipun sebelumnya sudah pernah ada program berkebun, minat anak muda di RW 06 terhadap berkebun masih minim. Kebanyakan warga yang tertarik untuk berkebun adalah ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan ibu-ibu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
  2. Temuan kedua adalah pada program yang sebelumnya, beberapa jenis sayuran yang ditanam dirasa kurang dikenal oleh warga. Sehingga, hasil panen kurang diminati karena bukan merupakan jenis sayur yang mereka konsumsi langsung.
  3. Temuan ketiga adalah warga setempat pernah memproduksi kangkung namun hasil panennya menunjukkan bahwa panen kangkungnya memiliki batang kecil-kecil dan kehitaman saat dimasak. Kami menelusuri isu ini melalui pencarian terhadap jurnal ilmiah terkait serta kondisi air yang digunakan untuk penyiraman, kemudian berkesimpulan bahwa kangkung yang hitam tersebut merupakan hasil dari penyiraman air sungai yang tercemar. Kangkung merupakan salah satu tanaman yang memiliki sifat hiperakumulator di mana dapat menyerap logam berat dari air dan menyimpannya pada batang. Sehingga, cemaran pada air yang disiram dapat menyebabkan perubahan fisik dari hasil panennya. Temuan ini berimplikasi kepada pentingnya mengolah air sungai yang digunakan menjadi air bersih dalam menyiram tanaman.
  4. Temuan keempat adalah masih ada beberapa anak-anak di RW 06 yang mengalami stunting, yang merupakan salah satu petunjuk dari gizi buruk. Sehingga, ada program dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang memberikan bantuan pangan sehat kepada mereka. Program ini dapat didukung dengan adanya kebun di RW 06, hasil panen yang didapatkan dari kebun sebagian diolah oleh kader Posyandu menjadi makanan sehat untuk dibagikan kepada warga yang membutuhkan.
  5. Temuan kelima adalah terdapat beberapa ibu yang menginginkan anaknya untuk dapat ikut belajar bersama di kebun untuk mengenal jenis-jenis sayuran.
jalan-jalan-02-jpg
Wawancara dan perencanaan bersama warga (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)
2. Perancangan Kebun untuk Menjawab Permasalahan di Masyarakat

Dari permasalahan dan kebutuhan warga RW 06 yang sudah kami identifikasi, kami dibagi menjadi tiga kelompok dan merancang tiga desain kebun berbeda yang kurang lebihnya masing-masing berukuran 100 m2. Terdapat tiga konsep kebun yang kami kembangkan berdasarkan temuan tersebut.

  1. Kebun PKK: Kebun ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan ibu-ibu PKK dan Kader Posyandu terhadap pangan sehat.
  2. Kebun Masakan Sunda: Kebun ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bumbu dan sayuran pada masakan Sunda sebagai makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.
  3. Kebun Edukasi: Kebun ini dirancang untuk sarana belajar anak-anak sebagai bentuk pengenalan berbagai macam jenis sayuran dan tanaman obat kepada mereka.

Tentunya, ketiga desain kebun tersebut menerapkan prinsip-prinsip pertanian regeneratif yang telah kami pelajari sebelumnya. Kebetulan salah satu dari peserta Tani Bestari juga ada yang berpengalaman dalam membuat sistem penyaringan air sederhana sehingga kami dapat membuat solusi untuk memanfaatkan air dari sungai untuk digunakan sebagai sumber air untuk menyiram setelah disaring menjadi bersih. Kami juga diarahkan untuk membuat beberapa wadah untuk mengelola sampah halaman dan sampah rumah tangga dari warga untuk dijadikan bahan dari pupuk kompos serta ecoenzyme.

jalan-jalan-03
Olah tanah di Kebun Komunal RW06 (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)
3. Perancangan Model Bisnis Bersama untuk Keberlanjutan Kebun

Kami menyadari bahwa keberlanjutan kebun akan sulit tercapai apabila kebun ini tidak memiliki model bisnis dan hanya menjadi kegiatan bersama warga saja. Namun, di sisi lain kami tidak menginginkan orientasi warga dalam berkebun langsung kepada nilai ekonominya, melainkan untuk menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan dalam berkebun terlebih dahulu. Sehingga, kami mendesain model bisnis kebun dalam dua tahapan.

  1. Tahap pertama adalah membuat model bisnis sebagai sebuah kebun komunal. Dalam kebun komunal, fokus utamanya adalah menjadi sarana warga untuk berkegiatan serta menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru. Hasil panen dapat dibagikan kepada yang terlibat dan juga bila ada kelebihan dapat dibagikan kepada warga yang menginginkan hasil panennya. Beberapa hasil kebun juga diberikan kepada kader Posyandu untuk diolah menjadi makanan bergizi dan disumbangkan kepada keluarga yang membutuhkan. Dalam model ini, warga dapat memberikan donasi sukarela untuk kebutuhan operasional kebun.
  2. Tahap kedua mulai berfokus pada nilai ekonomi yang dapat dihasilkan. Ketika nantinya lahan kebun bertambah dan produksi hasil kebun sudah optimal, warga dapat bekerjasama dengan Seni Tani untuk menjadi salah satu mitra yang menyediakan sayuran sehat untuk dijual kepada pelanggan yang lebih luas, tidak hanya warga setempat saja.

Kedua model ini akan berjalan disesuaikan dengan sumber daya dan partisipasi warga setempat. Harapannya kedua model bisnis ini dapat menjadi arahan strategi untuk mengembangkan usaha tani dari kebun yang ada.

4. Presentasi di Hadapan Para Pemegang Kepentingan

Setelah membuat rancangan kebun dan rancangan model bisnis, diadakan satu sesi diseminasi kegiatan di Kantor Kecamatan Arcamanik untuk mempresentasikan hasil rancangan kami kepada para stakeholder yang terlibat. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bandung, Ketua RW dan RT yang terlibat, serta para warga RW 06. Acara ini merupakan kegiatan terakhir dalam rangkaian program aktivasi lahan kebun RW 06 sekaligus dalam rangkaian program Tani  Bestari yang kami ikuti. Kami mendapatkan banyak apresiasi sekaligus masukan yang berharga agar program ini dapat dijalankan oleh warga nantinya.

jalan-jalan-04
Berfoto bersama setelah presentasi diseminasi (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)
5. Berkebun dan Panen Bersama Warga

Dua minggu setelah acara diseminasi, kegiatan pengolahan kebun sudah mulai dilaksanakan, warga RW 06 mulai mengimplementasikan beberapa rancangan yang kami buat, tentunya dengan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lapangan dan ketersediaan sumber daya. Pak RW sekaligus ibu-ibu PKK dan para warga membuat jadwal piketnya sendiri dalam membagi tugas untuk melakukan penyiraman dan bersih-bersih pada kawasan kebun.

Ketika beberapa sayuran mulai bisa panen, kami kembali diundang untuk ikut terlibat dalam kegiatan panen tersebut. Aku pribadi sangat bersyukur dan bahagia melihat antusiasme para warga untuk terlibat dalam kegiatan ini. Kami bersama-sama melakukan pemanenan, pembersihan, sortasi, penimbangan, sekaligus bagi-bagi hasil panen kepada warga yang hadir. Tercatat dalam produksi minggu pertama kebun RW 06 memproduksi total sekitar 50 kg sayur dengan jenis sayur caisim, selada hijau, selada merah, dan kailan.

jalan-jalan-05-jpg
Panen bersama warga RW 06 (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)

Kesan dan Manfaat Kegiatan

Kesan dari Peserta

Kehangatan dan antusiasme warga merupakan dua kata kunci yang mewakili kesan kami sebagai peserta kepada warga RW 06 selama kegiatan ini berlangsung. Mulai dari awal kami melakukan riset sosial, para warga yang dipimpin oleh Pak RW selalu memandu kami untuk memahami situasi sosial yang ada disana. Ditambah lagi, kehangatan terasa ketika sesi istirahat dan makan bersama. Canda tawa dalam kebersamaan sambil melahap oncom hangat yang dibawa oleh Pak RW di pagi hari memberikan rasa kerinduan tersendiri ketika program ini selesai. Antusiasme warga untuk berkebun juga terasa ketika kami melakukan panen bersama. Lebih dari 20 orang warga hadir dan bekerjasama dari awal proses pemanenan hingga proses sortasi dan bersih-bersih. Kegiatan tersebut dilakukan dengan perasaan sukacita meskipun itu merupakan kegiatan panen pertama kami di sana.

Manfaat Kegiatan

Manfaat utama yang aku rasakan sebagai peserta adalah rasa keterlibatan dalam komunitas dan pengalaman praktek langsung dalam berkebun secara alami. Rasa keterlibatan pada komunitas di sekitarku ini memberikan makna tersendiri sebagai bentuk aktualisasi diri. Rasa keterlibatan ini juga memberikan kesadaran bahwa masalah sosial dan lingkungan yang ada di sekitarku merupakan bagian dari tanggung jawabku selaku manusia yang tinggal di sana. Aku juga menyadari bahwa tanggung jawab tersebut perlu dijalankan bersama dan tidak bisa dipikul oleh seorang diri. Di sisi lain, pengalaman berkebun ini memberikan fondasi untuk rasa percaya diriku dalam memulai berkebun secara alami ketika ada kesempatan nanti.

Harapan

Kegiatan formal yang kami lakukan di RW 06 dibatasi oleh waktu dari pelaksanaan program Tani Bestari, sehingga kami hanya bisa mendampingi warga untuk membuat perencanaan dan kegiatan berkebun di awal saja. Pada akhirnya, keberlangsungan dari kebun komunal ini tidak terlepas dari partisipasi warga untuk melanjutkan rancangan kebun dan rancangan model bisnis yang telah dibuat bersama di awal. Harapan kami adalah warga dapat meneruskan kegiatan ini dengan sukacita dan mendapatkan manfaat kebersamaan maupun nilai lingkungan dan ekonomi kedepannya. Aku pribadi bersyukur dapat menjadi bagian dari gerakan ini dan bergerak bersama untuk mengaktivasi kebun di lahan tidur sekitar Kota Bandung.

 

Dokumentasi Kegiatan

Link Foto – Artikel 2

 

 

 

Gilang Agustiar

Gilang Agustiar

Nama lengkapku adalah Gilang Agustiar. Aku adalah seorang akademisi dan mahasiswa pascasarjana di jurusan Biomanajemen ITB. Saat ini, aku memiliki ketertarikan yang luas dalam bidang pembangunan berkelanjutan terutama terkait isu pangan berkelanjutan, pertanian agroekologi, dan juga kewirausahaan lestari. Aku percaya bahwa kehidupan yang lestari perlu diciptakan melalui hubungan yang selaras dan saling menghargai antara manusia, makhluk hidup, lingkungan hidup, dan semesta alam.

Related Posts

[Jalan-jalan] Mencari Celah Menyemai Manfaat di Tengah Diskursus Masalah Pangan Lokal

[Jalan-jalan] Mencari Celah Menyemai Manfaat di Tengah Diskursus Masalah Pangan Lokal

[Jalan-jalan] Merawat Ingatan Perjuangan Aktivis “Korban” Program Pemberdayaan ala Pemerintah

[Jalan-jalan] Merawat Ingatan Perjuangan Aktivis “Korban” Program Pemberdayaan ala Pemerintah

[Jalan-jalan] Jalan-jalan ke Kebon Hiris

[Jalan-jalan] Jalan-jalan ke Kebon Hiris

[Jalan-jalan] Menjelajahi Tierra Valiente – Kostarika

[Jalan-jalan] Menjelajahi Tierra Valiente – Kostarika

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 18
Total Visitors: 59723

Visitors are unique visitors