[Jalan-jalan] Berbagi Resep di Cafe’-Bazaar OM Kosta Rika

[Jalan-jalan] Berbagi Resep di Cafe’-Bazaar OM Kosta Rika

Pada bulan April 2023 yang lalu, saya berkesempatan berjalan-jalan di Kosta Rika selama dua minggu. Di antara perjalanan tersebut, saya sempat tinggal di Sustainability Center, yang dikelola oleh Veronica Sheehan (Vero) di Monte Verde. Vero mengelola sebuah restoran vegetarian yang dikenal dengan nama Cafe’ Bazaar OM (Cafe’ OM). Saya berkunjung ke sana bersama seorang kawan, seorang pemikir sistem dari Amerika yang juga ahli ekonomi, Gwendolyn Hallsmith. Saya dan Gwen tinggal bersama Vero selama beberapa hari. Dalam beberapa hari tersebut, kami melalui hari-hari yang menyenangkan. Hari-hari tersebut kami habiskan untuk hal-hal berikut: aktivitas di alam, masak dan makan makanan sehat.

Termasuk dalam aktivitas di alam adalah, jalan-jalan di hutan, berendam di pemandian air panas, berenang di sungai, mengumpulkan buah mangga yang jatuh, mengamati burung, kunang-kunang dan monyet, serta memanen madu. Selama kami tinggal di sana, kami dijamu dengan makanan sehat ala Cafe’ OM. Makanan sehat yang kami konsumsi seluruhnya dari bahan tumbuh-tumbuhan. Kami tidak makan daging. Bahan-bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan organik. Makanannya enak-enak dan disajikan dengan tampilan yang menarik.

Sebagai kontribusi dari saya sebagai tamu dari Indonesia, saya berbagi resep masakan vegetarian ala Indonesia kepada tim Cafe’ OM. Resep-resep yang saya bagikan adalah pecel lontong / gado-gado lontong, nasi kuning dan kolak. Jenis-jenis makanan ini saya pilih karena cukup mudah dibuat dan bisa menggunakan bahan-bahan yang ada di sana, meskipun tidak persis sama dengan yang ada di Indonesia.

 

Pecel / gado-gado lontong

Saya memilih gado-gado atau pecel karena Cafe’ OM adalah restoran vegetarian, yang tentu saja banyak menggunakan sayur mayur sebagai bahan dasar masakan mereka. Masalahnya, jenis-jenis sayuran yang ada di sana berbeda dengan yang ada di Indonesia. Jadi kami tidak menggunakan kangkung, kacang panjang, labu dan kol seperti di sini, melainkan sayur apapun yang ada di sana. Sayur-sayuran yang ada itu kami iris-iris, lalu dikukus atau dimakan mentah, jika mereka ingin memakannya mentah. Sayur-sayur yang mentah itu misalnya selada dan tomat. Di sana tidak ada tempe dan tahu, jadi kami menggantinya dengan apa yang ada. Cafe’ OM menggunakan nangka muda sebagai pengganti daging. Nangka tersebut diolah dengan menggunakan bumbu kecap sehingga seperti gudeg yang tidak berkuah, tetapi rasanya tidak seperti gudeg. 😀

Setelah itu kami membuat bumbu kacang, yang terbuat dari kacang tanah yang dipanggang dan lalu dihaluskan dengan blender. Tujuan penggunaan kacang panggang adalah untuk mengurangi penggunaan minyak goreng. Kami menggunakan gula merah dalam bentuk bubuk, karena gula merah briket seperti di sini tidak tersedia. Gula yang kami gunakan adalah gula aren bubuk. Kami menambahkan bumbu berupa bawang merah, bawang putih, garam dan air ke dalam blenderan kacang tanah panggang dan gula aren bubuk. Inilah yang menjadi bumbu kacang. Untuk pembuatan lontong kami menggunakan daun pisang sebagai pembungkus. Pertama-tama kami membuat nasi aron (nasi yang direbus setengah masak). Setelah itu nasi aron tersebut kami bungkus dengan menggunakan daun pisang. Setelah itu bungkusan aron daun pisang kami kukus di dalam dandang. Untuk penyajiannya, lontong matang kami potong-potong. Di atasnya kami tambahkan sayuran kukus atau sayuran mentah. Lalu di atasnya kami beri bumbu kacang.

Meskipun rasanya tidak 100% sama seperti gado-gado atau pecel di sini, kami tetap makan “gado-gado atau pecel lontong” tersebut sampai habis. Tentu saja saya merasa rasa “gado-gado atau pecel lontong” ini masih jauh dari standar rasa gado-gado Abang-abang di gerobak pinggir jalan di Jakarta atau Mbok-Mbok di pasar-pasar di Yogyakarta. Meskipun demikian, lumayan lah bisa berbagi dan mempraktekkan pengetahuan kuliner Indonesia di negeri orang.

Sambil makan saya menceritakan bahwa gado-gado dan pecel adalah salah satu makanan vegetarian yang populer di Indonesia dan makanan ini sangat mudah ditemui di kota-kota seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Saya juga menceritakan bahwa di Indonesia, bumbu kacangnya sering ditambah cabai sehingga rasanya menjadi pedas. Plus tentu saja yang membuatnya lebih nikmat adalah tambahan kerupuk atau emping sebagai pelengkap.

jalanjalan1-2
“Gado-gado lontong” ala Cafe’ OM
Sumber: Dokumentasi Pribadi

 

Nasi Kuning

Resep lain yang saya bagikan adalah nasi kuning. Saya ceritakan kepada mereka bahwa nasi kuning adalah salah satu menu populer di Indonesia. Menu ini adalah menu multifungsi. Kita bisa mendapatkannya dengan harga murah untuk sarapan setiap pagi, tetapi kita juga bisa menemukannya di acara-acara syukuran berbagai tujuan, mulai dari kelahiran, ulang tahun, kelulusan sampai tujuh belasan.

Biasanya kalau di Indonesia, saya menggunakan santan kental untuk memasak nasi kuning. Karena santan kental tidak tersedia, maka saya menggunakan apa yang ada. Yang penting ada bubuk kunyit yang bisa membuat nasi menjadi berwarna kuning. Cara memasaknya seperti masak nasi biasa di rice cooker, hanya saja airnya menggunakan air santan encer dan diberi bubuk kunyit dan garam. Setelah nasi kuning matang, maka sebagian dicetak menjadi bentuk kerucut dengan menggunakan daun pisang. Di Cafe’ OM ada parutan kelapa, maka saya membuat urap sebagai teman nasi kuningnya. Bumbu urapnya dibuat dengan bahan yang ada yaitu garam dan gerusan bawang merah. Sayang sekali, saya tidak menemukan kencur di sana. Sayuran yang digunakan sebagai urap adalah irisan wortel kukus dan timun + irisan seledri. Sebetulnya itu komposisi sayuran urap yang tidak umum kalau di Indonesia, tetapi setelah dicoba rasanya oke juga sih. Kami menggunakan telur karena Cafe’ OM masih menggunakan telur dan tentu saja masakan nangka muda yang dijadikan pengganti daging.

jalanjalan2-2

Eksperimen Membuat Nasi Kuning
Sumber: Dokumentasi Pribadi

 

Kolak Pisang

Menu ketiga yang saya buat adalah kolak pisang. Cara membuatnya sederhana, pisang direbus dengan santan. Di Cafe’ OM santan yang tersedia adalah santan encer, jadi kami tetap gunakan itu dan tidak menambahkan banyak air. Santan itu bening, tidak kental putih seperti santan di sini. Meskipun berbeda, rasanya cukup enak, hanya berbeda rasa dari santan di Indonesia. Kami menambahkan gula aren bubuk pada rebusan pisang tersebut. Setelah matang, kami menempatkannya di mangkuk-mangkuk kecil. Vero menaburkan bubuk kayu manis dan parutan keju di atasnya.

jalanjalan3-2
Kolak pisang
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah memasak bersama, biasanya kami menikmati makanan tersebut bersama-sama. Vero menambahkan segelas jus buah atau smoothies sebagai minuman dan sepiring buah potong. Meskipun rasa hasil masakannya tidak 100% sama dengan makanan serupa yang dibuat di Indonesia karena perbedaan bahan yang tersedia, tetapi hasilnya masih bisa disantap bersama dengan rasa nikmat. Kami mengucap syukur atas makanan yang terhidang di meja dan atas usaha para petani yang memproduksinya. Ternyata enak juga makanan-makanan yang dibuat sendiri ini. Di Cafe’ OM, makanan-makanan dibuat dengan kepedulian dan penuh perhatian. Makanan harus sehat dan segar dan diproduksi tanpa merusak alam. Makanan yang sehat ini akan membantu kita menjadi orang-orang yang sehat dan punya kepedulian terhadap alam dan sesama.

jalanjalan4-2
Vero – pemilik Cafe’ OM mencicipi makanan Indonesia
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jika penasaran, makanan seperti apakah yang kami makan di Cafe’ OM selain makanan Indonesia yang kami buat, silakan melihat foto-foto berikut. Menu Cafe’ OM kebanyakan adalah menu vegetarian. Sayuran yang digunakan adalah sayuran mentah yang diiris-iris kecil-kecil kemudian diberi dressing berbagai rasa. Selain itu, kadang ada tofu (tahu putih yang diasap) dan nangka muda yang diolah sebagai pengganti daging. Kami juga makan banyak buah potong, yang sebagian merupakan hasil panen di kebun. Mereka juga membuat roti dan kue sendiri. Roti dan kue tersebut tidak banyak menggunakan gula pasir. Sebagai pengganti mereka menggunakan gula aren atau madu. Salah satu kue favorit saya adalah brownies. Selain itu kami juga sering minum kombucha, jus dan smoothies rasa buah yang enak.

jalanjalan5-2
Menu Vegetarian di Cafe’ OM dan buah potong segar di Cafe’ OM
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di akhir kunjungan, saya mengisi ulasan di TripAdvisor. Harapan saya semoga orang-orang yang ke Kosta Rika bisa mampir ke Cafe’ OM dan mencicipi makanan sehat di Cafe tersebut. Saya menulis bahwa Cafe’ OM menyediakan makanan dan minuman sehat yang disiapkan dengan cinta menjadi hidangan yang cantik. Cafe’ OM ini juga menyediakan makanan ringan yang sehat dan lezat. Jadi saya sangat merekomendasikan untuk para vegetarian. Cafe’ OM percaya bahwa energi yang ada pada makanan yang kita makan akan mempengaruhi kita. Untuk itu penting sekali kita menyadari apa yang kita makan, dari mana asalnya dan diproses dengan cara apa. Semoga kesadaran itu membuat kita lebih sadar dalam membuat pilihan-pilihan makanan kita.

jalanjalan6-2
Review di TripAdvisor
Sumber: https://www.tripadvisor.com/ShowUserReviews-g12927856-d25329501-r935999129-Cafe_Bazar_OM-Guacimal_Province_of_Puntarenas.html

Menjadi vegetarian selama hampir dua minggu membuat saya yakin bahwa saya tidak akan kekurangan gizi dengan menjadi vegetarian. Saya merasa sehat dan segar dengan menu-menu baru ini. Saya merasa tetap sehat, segar dan bertenaga, meskipun tidak makan daging sama sekali. Saya merasa energi baik dari Cafe’ OM melalui makanan yang mereka hidangkan menjadi sumber kehidupan bagi saya dan para tamu lainnya.

Terima kasih Cafe’ OM.

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati adalah trainer dan fasilitator di Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang. Peran utama yang sedang dijalani saat ini adalah: (1) memfasilitasi komunitas/ organisasi/ kelompok untuk membuat visi bersama dan perencanaan untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (2) menuliskan inisiatif-inisiatif untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (3) membangun pusat belajar (Rumah KAIL) untuk memfasilitasi proses berbagi dan belajar antar individu dan organisasi.

Related Posts

[Jalan-jalan] Mencari Celah Menyemai Manfaat di Tengah Diskursus Masalah Pangan Lokal

[Jalan-jalan] Mencari Celah Menyemai Manfaat di Tengah Diskursus Masalah Pangan Lokal

[Jalan-jalan] Merawat Ingatan Perjuangan Aktivis “Korban” Program Pemberdayaan ala Pemerintah

[Jalan-jalan] Merawat Ingatan Perjuangan Aktivis “Korban” Program Pemberdayaan ala Pemerintah

[Jalan-jalan] Jalan-jalan ke Kebon Hiris

[Jalan-jalan] Jalan-jalan ke Kebon Hiris

[Jalan-jalan] Menjelajahi Tierra Valiente – Kostarika

[Jalan-jalan] Menjelajahi Tierra Valiente – Kostarika

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 57
Total Visitors: 59762

Visitors are unique visitors