[Masalah Kita] Perjalanan Menuju Kesimpulan

[Masalah Kita] Perjalanan Menuju Kesimpulan

Pengalaman hidup individu merupakan sebuah proses belajar melalui cara pengamatan sambil melakukan (observasi partisipasi). Namun terkadang pengalaman empiris dianggap terlalu subjektif (https://rikornel.wordpress.com/2022/11/18/cocoklogi). Di sinilah perlunya memadukan ilmu pengetahuan terkini serta sistem kepercayaan (spiritualisme). Dengan demikian, empiris individu-individu yang sama dapat dikuantifikasi untuk menguatkan pengetahuan menjadi bukti empiris yang sejalan dengan ilmu pengetahuan terkini. Apalagi jika kita dapat mengkronologikan rentang sejarah yang semakin panjang. Titik awal perubahan akan jelas terlihat pada kenyataan saat ini. Salah satu hal menarik dalam perjalanan hidup saya adalah Teori Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Deret Ukur, Sedangkan Pertumbuhan Kemampuan Produksi Pangan Berdasarkan Deret Hitung dari Thomas Robert Malthus. Menurut saya, teori inilah yang menguatkan Revolusi Industri dengan produk massalnya hingga mempengaruhi sistem pertanian sejenis dalam jumlah banyak (kebun dan perkebunan monokultur) ke seluruh penjuru bumi.

Kenyataan saat ini (263 tahun sejak revolusi industri), kita dihadapkan pada akumulasi berbagai permasalahan sosial, ekonomi dan budaya yang terejawantahkan pada perubahan iklim. Kesimpulan ini sejalan dengan yang diungkapkan Gus Speth, “ternyata perubahan iklim terjadi karena egoisme, keserakahan serta ketidakpedulian (dampak kapitalis-individualis). Karena itu, solusi yang dibutuhkan adalah transformasi kebudayaan dan spiritualisme (sistem kepercayaan)”.

masalah-kita1

Lalu bagaimanakah solusi yang dapat diterapkan? Dengan maraknya fenomena terlilit utang (pinjaman) di masyarakat karena terdesak kebutuhan kesehatan, biaya sosial, pendidikan, permodalan dan keinginan (persaingan gaya hidup, kecanduan judi online bahkan obat terlarang), sudah tentu peran pemerintah harus menjadi yang paling utama. Sambil bertahap meningkatkan pengetahuan serta pemahaman masyarakat mengenai situasi darurat yang sedang dihadapi seluruh dunia (perubahan iklim sebagai dampak keteledoran kehidupan sosial, ekonomi serta kebudayaan kita), beberapa kemudahan tepat sasaran harus diterapkan berdasarkan skala prioritas di masyarakat, terlebih jika berkaitan dengan restorasi zonasi serta bioregion (perwilayahan) peruntukan lahan ramah lingkungan. https://rikornel.wordpress.com/2021/08/15/pemerintahan-ramah-lingkungan/.

Sembilan tahun membantu dan bekerja dengan orang lain untuk mengembangkan kebun ramah lingkungan (alami), pemahaman pertanian sebagai sebuah ilmu pasti (eksak) terlalu melekat erat pada berbagai lapisan masyarakat. Saking melekatnya, kadang konsep dan teori yang dipelajari harus diaplikasikan secara kaku. Padahal walaupun memiliki berbagai bentuk serta pola alam yang hampir pasti, banyaknya indikator pembentuk sistem serta pengamatan partisipasi di lapangan menjadi faktor pertimbangan utama lainnya dalam memutuskan sebuah metoda dan desain kebun (sudut pandang utuh/menyeluruh).

Mengapa saya lebih suka memulai dari berkebun ramah lingkungan? Selama ini kebutuhan pokok kita (pangan) sangat tergantung pada gurita sistem ekonomi kapitalis.  Ini sangat mengganggu saya untuk memahami makna kemerdekaan. Bagi saya, penting sekali menanam untuk memenuhi dulu kebutuhan sendiri (subsisten) dan selebihnya baru dijual. Ini harus menjadi target utama. Jika bisa demikian, maka kita tidak terpengaruh oleh gejolak pasar yang tergantung hukum penawaran (jumlah barang) dan permintaan. Saya tetap memiliki impian untuk meraih target tersebut. Meskipun sampai sekarang, kami belum memiliki lahan sendiri untuk mengaplikasikan pemenuhan, kemandirian hingga kedaulatan pangan ramah lingkungan. Dengan kondisi ini, jelas cita-cita kemandirian pangan hanya suatu mimpi di siang hari bolong (mengigau). Meskipun demikian, setidaknya saya bisa memulai dari diri dan keluarga inti (bottom up). Sebagai masyarakat awam, setidaknya itulah yang baru bisa saya lakukan.

Video dokumenter berikut  https://www.youtube.com/watch?v=mhOOziH7QAo menunjukkan bagaimana pangan kita disajikan oleh sistem monopoli makro ekonomi yang bergandengan tangan dengan sistem politik terpusat, betapa jelas terlihat ketergantungan kita terhadap sistem tersebut (tidak merdeka).

 

masalah-kita2
Buku Petani Merajut Tradisi Era Globalisasi

Kilas balik dari proses menulis artikel berikut https://rikornel.wordpress.com/2022/02/07/kembalinya-pertanian-ramah-lingkungan-kepangkuan-ibu-pertiwi/, saya alami setelah membaca buku Petani, Merajuk Tradisi Era Globalisasi. Saya melihat satu program penting pemerintah yang perlu dilanjutkan dengan sudut pandang utuh dan lebih terstruktur. Berawal dari kasus hama wereng coklat, terbitlah Inpres Nomor 3 tahun 1986 tentang peningkatan pengendalian hama wereng coklat pada tanaman. Kebijakan tersebut terus berlanjut hingga sekarang menjadi program sekolah lapang untuk para petani. Fokus perhatian utama yang menarik dari program ini adalah transfer pengetahuan pengendalian hama terpadu, pembelajaran melalui rantai makanan serta jejaring makanan dan tinggal dilanjutkan dengan sudut pandang ekologi.

Berikut ini adalah contoh dari penerapan program tersebut.

Siklus Hidup Wereng Coklat :
• Satu ekor imago wereng coklat betina di rumah kaca mampu bertelur sebanyak 100 – 200 butir. Telur ini akan menetas setelah 7 – 10 hari dan penetasan biasanya berlangsung pada pagi hari.
• Nimfa 1 mempunyai lama hidup 2-4 hari
• Nimfa 2 selama 1 – 4 hari
• Nimfa 3 selama 1 – 4 hari
• Nimfa 4 selama 1 – 2 hari
• Nimfa 5 selama 2 – 3 hari
• Setelah nimfa 5 maka wereng coklat akan menjadi dewasa. Lama hidup serangga dewasa 18 – 28 hari.

masalah-kita-3-n-4

Walaupun secara ekologis sawah merupakan salah satu adaptasi ekosistem buatan manusia yang cukup bertahan lama hingga saat ini, namun cara tanam monokultur merupakan salah satu penyebab timbulnya hama dan gulma (dominannya satu jenis spesies dalam sebuah ekosistem). Dengan demikian, perlu diaktifkan kembali pola tumpang sari tanaman dan pengendalian hama terpadu melalui pola rantai hingga jejaring makanan sangatlah penting untuk segera dilakukan. Pengamatan partisipasi masing-masing petani di lahan garapannya merupakan faktor penentu dalam memutuskan langkah dan tahapan apa yang perlu dilakukan.

Berikut ini adalah gambar beberapa hewan yang seharusnya ada dalam sebuah rantai hingga jejaring makanan di sawah.

Hewan-hewan dalam rantai jejaring makanan di sawah. Mulai dari konsumen tingkat pertama (gambar paling atas – wereng), hingga predator tertinggi (burung elang).

masalah-kita5

masalah-kita6masalah-kita7masalah-kita-8

masalah-kita9

Dalam satu rantai makanan, energi mengalir searah. Hal serupa juga terjadi dengan tipe berkebun monokultur, lambat laun, ledakan satu spesies akan menjadi masalah berupa gulma dan hama. Berbeda dengan jejaring makanan, energi mengalir tumpang tindih ke berbagai arah hingga menghasilkan daya tahan ekosistim yang setimbang. Hal lainnya, kadang kita melupakan jejaring makanan di bawah tanah, padahal komponen tersebut merupakan hal terpenting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

masalah-kita10
https://www.youtube.com/watch?v=w81dFNp2Sw4

Dokumenter di atas menunjukkan rangkuman siklus informasi, energi, dan materi yang terus berputar di alam. Terkadang kita hanya memperhatikan apa yang ada di atas tanah, padahal di bawah tanah pun terjadi siklus yang menentukan pertumbuhan di atas tanah.

Selain menghilangkan cadangan kompos terbaik yang terbentuk dalam waktu lama (seperti dalam video di atas), ketika kita melakukan kerusakan pada 1 meter2 tanah, tanpa disadari kita telah membunuh banyak makhluk hidup yang menjadi penghuninya.

masalah-kita11

Demikian sekelumit perjalanan hidup (proses belajar) mengejar cita-cita. Dari pengetahuan lokal yang utuh namun dianggap ilmu semu, marilah kita menuju aplikasi transdisipliner.

 

Rio Kornel

Rio Kornel

Rio Kornel Lahir di bandung 25 april 1976, rio kornel lebih banyak tumbuh dan besar di alam terbuka. Berkebun, memancing dan berburu bersama almarhum kakek tercinta menjadi rutinitas masa kecilnya. Kegiatan alam terbukanya berlanjut di WAPATALA SMP N 28 Bandung, Apis Indica SMA N 6 Bandung hingga Sekolah Panjat Tebing SKYGERS dan kursus menyelam PADI. Selain itu juga, Rio merupakan salah satu Pendiri aktivitas penyelamatan satwa JAAN. Setelah belajar ekologi di jurusan Antropologi UNPAD, serta menjadi manajer jungle training OPWALL selama 5 tahun, kemudian belajar Permakultur dan tinggal di Bumi Langit selama setahun, lengkaplah konsep bercocok tanam ramah lingkungan yang mengantarkannya menuju Ekoteologi.

Related Posts

[Masalah Kita] Kisah Kasih Kota dan Desa  (K3D)

[Masalah Kita] Kisah Kasih Kota dan Desa (K3D)

[Masalah Kita] Post-Truth: Dilema Baru dalam Kebebasan Berdemokrasi

[Masalah Kita] Post-Truth: Dilema Baru dalam Kebebasan Berdemokrasi

[Masalah Kita] Kaum Muda Saat Ini

[Masalah Kita]  Sekolah dan Kehidupan

[Masalah Kita] Sekolah dan Kehidupan

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 77
Total Visitors: 59782

Visitors are unique visitors