[Profil] Pengalaman Para Anggota Community Supported Agriculture (CSA) YPBB-KAIL

[Profil] Pengalaman Para Anggota Community Supported Agriculture (CSA) YPBB-KAIL

Dirangkum oleh: Any Sulistyowati

 

Sejak April 2021, YPBB dan KAIL menjalin kesepakatan untuk menerapkan community supported agriculture (CSA). CSA adalah sebuah sistem produksi dan konsumsi pangan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip solidaritas antara konsumen dan produsen. CSA tersebut menggunakan lahan pertanian yang dimiliki oleh YPBB dan KAIL di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lahan pertanian tersebut disebut Kebun Patra. Di dalam CSA, konsumen disebut sebagai anggota.

 

Berikut ini adalah kisah-kisah dari para anggota CSA YPBB-KAIL berdasarkan pengalaman mereka mengikuti kegiatan CSA selama beberapa bulan terakhir.

 

profil-8
Tim CSA YPBB & KAIL Foto: Koleksi Kebun Patra

 

Melly Amalia (Melly) – Koordinator Divisi Kampanye Zero Waste YPBB

Melly adalah seorang ibu dengan dua anak. Sehari-hari kesibukan utamanya adalah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di YPBB dan mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah lainnya.

 

Ia tertarik mengikuti kegiatan CSA karena beberapa alasan berikut. Pertama-tama, ia sangat percaya dengan konsep CSA yang dibangun YPBB-KAIL dengan mengusung prinsip zero waste, bebas racun, hidup damai dengan semua makhluk hidup dan berkelanjutan. Kedua, ia ingin merasakan, mengalami sendiri CSA yang dibangun bersama dalam komunitas milik sendiri. Ketiga, ia ingin ikut berkontribusi dalam perencanaan membangun CSA karena sebagai penerima manfaat pertama, ia ingin ikut berperan memikirkan bagaimana supaya CSA ini tetap bisa berkelanjutan. Keempat, bonusnya adalah mendapatkan tambahan sayur organik dengan harga terjangkau kantong, terutama dari kebun sendiri. Gambaran besarnya, kalau ingin tinggal dekat kebun sendiri (Kebun Patra), sistem CSA ini bisa menjadi salah satu konsep yang dapat digunakan untuk membangun peradaban hidup berkelanjutan.

 

Melalui keterlibatan di dalam CSA, ia semakin memahami bahwa membangun siklus material dan rantai produksi skala besar itu butuh pelibatan banyak pihak. Perlu dipikirkan dan dirancang bagaimana setiap orang bisa mengambil peran sesuai dengan potensi, keterampilan dan ketertarikannya, dengan cara yang berkelanjutan. Baginya, ini bukan hanya sekadar ‘beli sayur’, melainkan lebih luas dari itu. Ia jadi semakin memikirkan keterkaitan antara segala aspek, misalnya: hasil panen, kondisi tanah, perubahan iklim, cuaca, kualitas hidup, dsb. Pengalaman ini membuatnya berpikir lagi jika ingin membeli sesuatu, dengan mempertimbangkan siklus material yg dihasilkan. Ia harus berpikir selokal mungkin dan mengingat kembali prinsip hukum alam. Ia juga mulai mencoba variasi menu yang agak berbeda dari jenis menu yang biasa dikonsumsi. Di CSA, YPBB dan KAIL memang mengembangkan berbagai tanaman lokal yang jarang ada di pasar, seperti kecombrang dan kecipir. Juga perasaan puas dan bangga bisa mengonsumsi makanan yang dihasilkan dari kebun sendiri, yaitu Kebun Patra dan kebun pekarangan rumah.

 

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama mengikuti kegiatan CSA adalah ia merasa semakin prihatin dengan kondisi bumi saat ini dan mungkin belum banyak orang yang menyadari bahwa saat ini kita harus prihatin, hidup sederhana tapi tetap bahagia. Kesulitan lain yang ia rasakan terkait dengan keuangan. Ada pengalaman, pada saat dikirimi sayur panen, saat itu kondisi keuangan pribadi sedang ngepas, jadi belum bisa membayar atau memberikan donasi yang selayaknya (dengan mempertimbangkan rantai produksi sampai ke konsumen). Ia berpikir, apa yang bisa dikontribusikan kalau gitu? Ia berpikir, pastilah secara keuangan CSA akan nombok. Selain itu, juga ada rasa bosan menerima jenis sayur yang itu-itu lagi. Ia menginginkan variasi jenis yang beda. Dengan pilihan jenis yang terbatas itu, ia bingung, menu sayurannya mau dimasak apa lagi.

 

profil-9
Aneka Menu Olahan Hasil Panen Kebun Patra Foto: Koleksi Nur Anizah Caesarwanty

 

Di luar segala kesulitan, ia juga mengalami berbagai kesenangan sebagai berikut. Melly merasa bangga bisa mendapatkan sayur dari kebun sendiri, pengetahuannya tentang jenis-jenis tanaman/sayuran semakin bertambah dan bisa membuat variasi menu dari kebun sendiri. Selain itu, kalau stok panen dari Kebun Patra hanya sedikit, ia bisa menambahkannya dengan panen dari kebun pekarangan rumah, misalnya kangkung, katuk, bayam, tomat, dll. Juga semakin berpikir untuk hidup seminimalis mungkin.

 

Di dalam CSA, hal ini direfleksikan bukan hanya sekadar hasil panen, tapi keterkaitan antara aspek satu dengan lainnya secara makro. Kalau tidak ikut CSA, mungkin cara berpikirnya akan terbatas. Selain itu, bisa jadi kerusakan alam semakin meluas dan ketidakadilan semakin besar.

 

Navita Kristi Astuti (Vita) – Relawan KAIL

Vita (panggilan dari Navita) adalah ibu dari dua anak. Saat ini ia bekerja di Unpar Press setiap hari dari Senin sampai dengan Jumat.           Ia ingin mendukung program pengembangan CSA dari Kebun Patra, serta ingin mendukung pemanfaatan lahan organis milik KAIL-YPBB. Ia juga ingin mempraktikkan memasak bahan makanan dari bahan baku yang organis. Yang berkesan adalah proses pengambilan keputusan secara bersama, serta pembentukan mekanisme CSA secara bersama-sama. Cara pandang baru tentang pemanfaatan bahan baku makanan dari kebun bersama, bisa belajar tips dan resep dari komunitas bersama ini. Selama ini kesulitan yang dihadapi adalah membagi waktu antara memasak dan aktivitas lain di rumah, serta ketika bahan-bahan ada yg busuk/layu karena belum sempat diolah. Di luar itu, ia merasakan kesenangan ketika bisa mendapatkan sayur mayur dan bahan-bahan yang organis serta yakin ‘sehat’. Baginya, CSA merupakan proses kebersamaan untuk menikmati dan mengolah hasil bumi dari lahan yang diolah/diperhatikan secara bersama-sama.

 

profil-4
Bihun kuah kecipir, Foto: Koleksi Any Sulistyowati

Faturahman (Fatik) – Manager Toko Organis, YPBB

Fatik adalah staf YPBB yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir pengelolaan Toko Organis. Sebagai orang muda, ia ingin bebas dari segala macam tuntutan normatif untuk berbuat baik. Yang penting baginya adalah bisa terus bertumbuh secara ideal. Sampai saat ini, ia mencoba menemukan pola hidup yang indah untuk dirinya. Ranah penelitian, eksperimentasi A-B-C coba dikerjakan perlahan namun pasti (walaupun terkadang melelahkan). Ia mencoba meloncat dari kelompok (organisasi) kanan, tengah, kiri untuk mendapatkan berbagai pengalaman. Saat ini, hari-harinya dipenuhi oleh pekerjaan di YPBB dan perkoperasian. Ia juga menyambung hidup sebagai pekerja lepas di pembuatan aset digital serta turunan teknologi digital yang mengikutinya.

 

Bagi Fatik, CSA adalah satu dari sekian banyak gagasan gerakan yang aplikatif, dan kebetulan juga realistis untuk diinisiasi dan dikerjakan. Salah satu hal yang menarik dari CSA adalah intensi gerakan ini untuk membuat dapur domestik pada setiap anggotanya lebih responsif terhadap permasalahan krisis lingkungan hari ini. Kemudian, bagaimana proses dalam gerakan ini hanya dapat diketahui dengan melibatkan diri secara aktif dalam proses pembuatannya. Itulah yang memotivasinya bergabung dalam kelompok yang satu ini. Selain itu, secara praktis, ia dengan jujur mengakui bahwa CSA telah membantunya memenuhi kebutuhan makan setiap hari.

 

Selama berproses, ia mengalami berbagai kompleksitas inisiasi program dan berbagai urusan kolektif lainnya. Untuknya, itu adalah bagian dari jalan ninjanya. Temuan-temuan kecil coba dipelajarinya kembali, dengan menyesuaikan progres yang dijalani. Kesan menonjol yang dialami belum terlihat (secara gerakan). Ia terpikir untuk menggali ide-ide lain agar membuat gerakan ini lebih menarik, yakni: dengan menaikkan derap kerja untuk membangun gerakan. Proses ini  mungkin akan membuat proses uji coba ini menjadi lebih asyik, meskipun ia menyadari adanya kemungkinan prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi sebelumnya.

 

Fatik mengakui bahwa praktis pola makannya berubah menjadi banyak mengonsumsi sayur, terutama bahan makanan yang jarang dibeli. Namun karena disediakannya adalah sayur yang telah dipanen, mau tidak mau harus dihabiskan dengan segala cara.

 

“Memakan apa adanya yang tersedia, dan mengulik rasa di buku resep masakan, menjadi keseharian saya setelah menjadi anggota CSA. hahaha…..” – Fatik

profil-3
Kecombrang Kebun Patra yang cantik – sangat melimpah saat panen – sampai bingung mau dimasak apa. Foto: Koleksi Faturrahman

 

Fatik berharap untuk dapat lebih memahami apa yang tersedia di sekitarnya untuk menjadi bagian dari dirinya. Karena biasanya, sebelumnya ia malah mencari apa yang belum ada di sekitarnya. Kalau dipikirkan lebih jauh, ternyata itulah yang membuatnya merasa lelah. Istilah lain, ia merasa harus lebih banyak bersyukur.

 

Ia berharap, semoga semakin banyak orang baik yang ingin ikut dalam gerakan ini, dan semoga semua orang baik itu akan diberikan kekuatan untuk menjalaninya. Ia benar-benar ingin melihat gerakan yang “tuntas”, dan ia ingin merasakannya langsung, bukan dari cerita buku, teori riset, dan hal lain yang membuatnya hanya berangan-angan.

 

Nurul Aeni – staff Toko Organis, YPBB

Pengalaman yang berkesan bagi Nurul adalah jadi tahu tentang CSA. Awalnya Nurul mengaku tidak mengetahui apapun soal CSA. Setelah berproses, ia menyadari bahwa ternyata membuat sistem packing dan pengiriman itu tidak mudah karena semua aspek harus dipikirkan dengan baik dan matang. Kerjasama terutama memang harus diutamakan. Untuk itu, ia sedikit demi sedikit mencoba lebih kompak lagi dengan tim.

 

Ia pernah mencoba berlangganan sekali produk CSA. Ternyata jika berlangganan harus lebih pintar lagi mengolah bahan makanan, jangan sampai ada yang terbuang dan jangan bosan dengan produk sayur yang terbatas. Setelah berproses ia menyadari bahwa ternyata ilmu penyiapan makanan sangat penting. Proses ini dapat membantu juga, tidak hanya dilihat dari segi ekonomis, tapi dari segi pemanfaatannya juga.

 

profil-2
Hasil Panen Kebun Patra siap kirim ke anggota Foto: Koleksi Toko Organis

 

Sri Wulandari (Iwut) – Koordinator Divisi Kesekretariatan, Sally Anomsari (Sally) – Relawan KAIL, Tiwi Arsanti (Tiwi) – staff YPBB

Ketika ditanya apakah ada perubahan setelah menjadi anggota CSA, ketiganya mengaku belum ada banyak perubahan.

 

Lepas daripada itu, Iwut mengatakan bahwa ia mulai bisa menghargai petani setelah ikut menikmati makanan sayur sehat dari Kebun Patra. Di dalam CSA ia yakin bahwa ketika membayar sayur, hal itu sudah mempertimbangkan jasa yang dikeluarkan oleh para petani. Ini berbeda dengan membeli produk dari pasar yang harganya murah dan kebanyakan  untuk para tengkulak dan bukan untuk petani. Iwut senang mendapatkan sayuran yang lebih sehat dan juga langsung dari petaninya. Sehingga rantainya tidak panjang seperti ketika membeli di pasar. Menurut Iwut, CSA akan lebih ideal apabila bisa dekat dengan tempat tinggalnya sehingga bisa tahu dan bisa melihat sayurannya, cara merawat sayurannya dan bahkan mungkin bisa mengenal petaninya juga.

 

“Huehehehe…”, demikian jawaban dari Sally, “kalau aku mungkin jadi ngerasain sayur yang belum pernah aku makan”

 

Untuk Tiwi, CSA membuatnya harus berpikir bagaimana cara mengolah sayur yang berlimpah supaya awet. Ditambah lagi, produk olahannya haruslah yang disukai anaknya. Ia senang mendapatkan bumbu-bumbu dan cabe-cabean karena pasti langsung terolah. Menu yang paling menarik yang dibuatnya adalah nuget dari kecipir. Berawal dari iseng, ia melakukan eksperimen. Tetapi memang ternyata kecipirnya harus diiris tipis-tipis. Saat mencoba, ia memotongnya terlalu tebal. Jadi rasanya agak aneh, tetapi tetap enak juga.

 

Hal lain yang cukup memusingkan adalah saat menerima sayuran yang tidak disukai dalam jumlah yang cukup banyak. Misalnya leunca. Akhirnya ia mengirimkannya kepada para tetangga dengan menambahkan sayuran lain. Dalam proses itu, iapun bisa bercerita dengan para tetangga tentang Kebun Patra.

 

Ia dan Nurul sempat terpikir untuk membuat kumpulan resep dari teman-teman anggota CSA. Karena berbagai kesibukan, niat tersebut belum dapat tercapai sampai sekarang.

profil-1
Karedok leunca. Foto koleksi Tiwi Arsianti

 

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati adalah trainer dan fasilitator di Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang. Peran utama yang sedang dijalani saat ini adalah: (1) memfasilitasi komunitas/ organisasi/ kelompok untuk membuat visi bersama dan perencanaan untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (2) menuliskan inisiatif-inisiatif untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (3) membangun pusat belajar (Rumah KAIL) untuk memfasilitasi proses berbagi dan belajar antar individu dan organisasi.

Related Posts

[Profil] Bertani Itu Banyak Rasanya

[Profil] Bertani Itu Banyak Rasanya

[Profil] OPIK: PEMUDA KOTA YANG MENJADI PETANI KOTA

[Profil] OPIK: PEMUDA KOTA YANG MENJADI PETANI KOTA

[Profil] Profil Pemimpin Muda di Era Globalisasi

[Profil] Kebun Firdaus: Sebuah Pembelajaran Membangun Kebun Sekolah

[Profil] Kebun Firdaus: Sebuah Pembelajaran Membangun Kebun Sekolah

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 19
Total Visitors: 59724

Visitors are unique visitors