![[Tips] Kondisi-Kondisi yang Memungkinkan Terjadinya Perubahan Transformatif dalam Komunitas](https://proaktif.kail.or.id/wp-content/uploads/2022/09/tips-04-6656445-800x600.jpg)
[Tips] Kondisi-Kondisi yang Memungkinkan Terjadinya Perubahan Transformatif dalam Komunitas
Transformasi adalah sebuah proses perubahan yang dapat terjadi pada individu maupun sekelompok individu yang mendefinisikan diri dalam komunitas maupun organisasi tertentu. Proses transformasi terjadi terus menerus, berawal dari perubahan pola pikir atau cara pandang, yang kemudian mempengaruhi tindakan dan perilaku. Transformasi selalu mengarah pada hal yang (dianggap) lebih baik daripada keadaan sebelumnya.
Menurut Eguren (2011), seorang praktisi Theory of Change, perubahan dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
- Emerging changes. Ini adalah perubahan yang terjadi setiap harinya dalam hidup manusia. Perubahan tersebut menyesuaikan ritme kehidupan, dan berlangsung tanpa proses yang baku. Perubahan ini terjadi berdasarkan pembelajaran dari pengalaman, yang seringkali terjadi secara spontan, tanpa rencana.
- Transformative changes. Perubahan ini bisa lahir dari keadaan yang stagnan maupun krisis. Tipe perubahan ini terjadi ketika para agen perubahan melepaskan seluruh paradigma lama yang ia miliki, keyakinan-keyakinan maupun identitas, maupun perilaku lama, demi membuka diri pada suatu realita baru yang keadaannya lebih baik dari keadaan sebelumnya.
- Projectional changes. Perubahan yang disebabkan oleh adanya perbaikan dari suatu permasalahan kompleks maupun sederhana, di mana perbaikan dilakukan dalam bentuk proyek yang terukur.
Dalam konteks perubahan masyarakat, perubahan yang diinginkan adalah perubahan transformatif (transformative changes). Perubahan ini terjadi saat seluruh paradigma lama tentang ketidakadilan, pandangan yang mengedepankan kepentingan golongan tertentu, penjajahan, perbudakan, penindasan, maupun ketidaksetaraan dapat ditanggalkan dan digantikan menjadi paradigma baru yang mengedepankan keadilan, toleransi, integritas, dan semua nilai-nilai positif yang mampu membawa masyarakat menjadi lebih baik.
Berdasarkan pengalaman pribadi, maupun pengamatan penulis, transformasi di dalam komunitas terjadi apabila:
1. Memiliki visi dan misi bersama yang diperjuangkan.
Dalam memperjuangkan sebuah perubahan yang transformatif, terutama yang menyangkut sekelompok orang atau sebuah organisasi/komunitas, hal pertama yang harus disepakati adalah visi dan misi bersama. Visi dan misi bersama menjadi tujuan akhir dari perjalanan sebuah kelompok. Seperti halnya sebuah perjalanan liburan, tujuan berlibur ditetapkan, segala hal yang mendorong kelompok tersebut untuk mencapai tujuan akhir akan mengikuti begitu tujuan akhir ditetapkan. Dengan apa menuju tujuan tersebut, apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan lain-lain adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan. Kelompok perlu membicarakan juga tahap-tahap untuk mencapai tujuan akhir tersebut.

(Sumber Foto: Dokumentasi KAIL)
Sebelum pandemi, Kail secara rutin menyelenggarakan kegiatan bazaar barang-barang murah untuk anak-anak yang tinggal di kampung sekitar Rumah KAIL. Barang-barang yang dijual di bazaar tersebut adalah buku, peralatan sekolah, mainan, busana yang semuanya untuk anak-anak. Kami di KAIL saling mengomunikasikan visi bersama terkait tujuan diadakannya bazaar, yaitu untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat terkait kegiatan membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan. Secara khusus, kami hendak memberi perhatian kepada anak-anak di sekitar Rumah KAIL. Beberapa hal yang ingin kami sampaikan sebagai bahan edukasi antara lain adalah sebagai berikut. Pertama, agar anak-anak mengetahui bahwa mereka memiliki hak untuk memilih dan memiliki suatu barang. Kedua, agar anak-anak berbelanja sesuai kebutuhan, bukan karena keinginan. Ketiga, agar anak-anak memiliki kebiasaan hidup yang selaras dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup, kami juga berpesan kepada mereka untuk membawa tas atau kantong belanja sendiri.
Visi tersebut dibahas bersama di KAIL, dalam rapat-rapat persiapan bazaar, mulai dari konsep, hingga bagaimana pelaksanaannya di hari H. Hal ini bertujuan agar pesan edukasi tersebut dapat tersampaikan kepada anak-anak dan orang tuanya. Visi tersebut juga turut dikomunikasikan kepada para relawan yang membantu pelaksanaan kegiatan bazaar tersebut. Visi dan misi bersama ini menjadi pegangan dalam seluruh perencanaan, dan senantiasa dikomunikasikan, mulai dari persiapan, kemudian pelaksanaan, hingga saat evaluasi kegiatan.

(Sumber Foto: Dokumentasi KAIL)
2. Terlibat dalam kegiatan bersama
Proses transformasi haruslah dialami, bukan sekadar dalam tataran pemikiran. Dengan mengalami, akan semakin memperkaya pemahaman, bahkan pemahaman tersebut menjadi menubuh. Karena yang selama ini yang merupakan pengetahuan semata, kemudian dibadankan dalam perbuatan.
Keterlibatan saya sebagai relawan KAIL, sedikit banyak mendorong transformasi pribadi di dalam diri. Hal ini didorong oleh keterlibatan dalam berbagai kegiatan. Misalnya, kegiatan yang terkait dengan ketahanan pangan dan kebun Kail. Dengan visi mendorong prinsip kesetaraan dengan alam, serta mengedepankan prinsip hidup yang berkelanjutan, kami memulai pembelajaran di dalam kelompok internal. Sebagai contoh adalah mempelajari tentang permakultur, dan mempraktikkannya mulai dari organisasi kami sendiri.
Setelah proses praktik tersebut, kami membiasakan untuk mengadakan refleksi bersama, saling bercerita tentang temuan-temuan yang kami alami, dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi ke depan. Selain itu, refleksi bersama ini menjadi tolok ukur capaian kami dalam perjalanan kami bertransformasi di dalam komunitas.

(Sumber Foto: Dokumentasi KAIL)
3. Tercapai kesadaran baru yang dikomunikasikan bersama
Kegan (2000) mencatat, proses transformasi melibatkan perubahan cara berpikir. Bukan sekadar pertambahan informasi, tetapi berkembangnya cara baru dalam melihat informasi tersebut. Demikian pula yang terjadi di dalam tubuh komunitas Kail. Proses refleksi yang terjadi setelah kegiatan bersama, menghasilkan suatu cara pikir baru, sebuah kesadaran baru. Kesadaran baru ini menjadi bibit yang mengarah kepada transformasi, diawali dengan transformasi dari dalam diri, yang kemudian saat dikomunikasikan bersama, antara satu anggota komunitas lainnya memiliki kurang lebih kesadaran yang serupa. Kesadaran baru inilah yang kemudian melahirkan transformasi.
Dalam sebuah aksi donor darah, di mana saya menjadi panitianya, pelaksanaan kegiatan dilakukan di rumah ibadah. Kegiatan tersebut juga merupakan kolaborasi dengan organisasi dari luar komunitas rumah ibadah, serta melibatkan masyarakat umum. Di akhir kegiatan, terlontar komentar-komentar yang mencerminkan munculnya kesadaran baru. Kesadaran baru tidak hanya muncul sepihak, baik dari panitia yang saling bekerja sama, maupun dari masyarakat umum yang menjadi peserta dari kegiatan. Panitia mengalami kesadaran tentang nilai-nilai kerja sama, ketulusan dalam bekerja, serta pentingnya komunikasi yang baik antar pihak-pihak yang saling bekerja sama. Sedangkan masyarakat yang menjadi peserta, memiliki kesadaran baru bahwa sebuah rumah ibadah rupanya terbuka terhadap masyarakat yang berbeda keyakinan. Rumah ibadah yang awalnya terkesan kaku dan dingin dalam pandangan masyarakat berubah rupa menjadi sosok yang terbuka untuk mengemban misi kemanusiaan.
Semuanya ini, tentunya harus dikomunikasikan, bahkan didokumentasikan, baik dalam catatan harian, notulen, maupun media-media yang bertujuan menyebarkan nilai-nilai baik. Diharapkan kesadaran baru ini tidak hanya menjadi milik panitia maupun masyarakat yang merasakan langsung kegiatannya, namun dapat menyebar ke khalayak umum yang selama ini mungkin memiliki asumsi-asumsi tertentu mengenai sebuah kerja sama antar golongan.

(Sumber Foto: Dokumentasi KAIL)
4. Terdapat kesepakatan baru untuk menjalankan komitmen perubahan
Tentunya, saat komunitas saling menyadari bahwa kesadaran baru memiliki nilai-nilai baik yang perlu untuk digulirkan, diperlukan sebuah niat dan komitmen bersama untuk menjalankan perubahan dalam aksi-aksi nyata. Bentuknya bisa bermacam-macam, yaitu dapat berupa resolusi akhir tahun, atau bisa dilakukan dalam rapat-rapat perencanaan bersama yang bersifat rutin bulanan, triwulan, maupun tahunan.
Perubahan transformatif sebuah komunitas akan menjadi proses yang berlanjut terus sepanjang sebuah komunitas terus berproses, seiring dengan perkembangan zaman. Kunci keberhasilan yang dapat dipetik dari seluruh proses ini antara lain adalah terdapatnya visi dan misi bersama yang terus digulirkan dalam komunikasi, keterlibatan, serta aksi dan refleksi.
No Comment