[Profil] Tani Bestari: Pengalaman Belajar Pertanian Alami di Lahan Tidur Kota Bandung

[Profil] Tani Bestari: Pengalaman Belajar Pertanian Alami di Lahan Tidur Kota Bandung

Pengenalan Tani Bestari

Sudah sebulan lamanya sejak terakhir aku rutin bolak-balik ke salah satu kebun kecil di daerah Arcamanik dalam rangka belajar berkebun. Dalam tulisan ini aku akan bercerita tentang salah satu pengalaman berharga yang aku alami dalam mengikuti program Tani Bestari yang diadakan oleh Seni Tani. Tani Bestari merupakan salah satu program edukasi tentang urban farming yang dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2022 hingga bulan Juli 2022. Program ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengalaman pada pemuda di Kota Bandung yang memiliki ketertarikan terhadap pertanian untuk belajar menjadi petani muda kota.

Pertama kali aku mendapatkan informasi tentang program ini adalah melalui aplikasi Instagram. Saat itu aku sedang tertarik untuk belajar berkebun namun belum memiliki lahan yang bisa diolah dan belum percaya diri untuk melakukannya sendiri. Pada saat itu, pengalamanku dalam berkebun hanya sebatas membeli tanaman hias dan membantu menyiram tanaman yang ada di pekarangan depan rumah.

Pada program ini, aku berkenalan dengan 14 orang anak muda lainnya yang berasal dari berbagai latar belakang namun memiliki ketertarikan yang sama tentang berkebun secara alami. Mereka berasal dari beragam latar belakang pendidikan, misalnya Teknologi Pertanian, Kehutanan, Gizi, Teknologi Pangan, Biologi, Geologi, Manajemen Bisnis, bahkan Hubungan Internasional. Ada salah satu peserta juga yang merupakan warga lokal dan masih sekolah pada tingkat SMA. Keberagaman ini memberikan perspektif yang unik dari masing-masing peserta Tani Bestari.

profil-01
Bersama dengan teman-teman peserta Tani Bestari dan fasilitator dari Seni Tani  (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)

Dari program Tani Bestari ini kami belajar tentang praktek dari metode pertanian regeneratif yang diterapkan oleh Seni Tani. Sederhananya, pertanian regeneratif memanfaatkan prinsip-prinsip alami dalam proses produksinya. Proses tersebut dijalankan sebagai upaya pemulihan tanah sekaligus menjaga ekosistem alami. Praktek pertanian regeneratif menghindari penggunaan input-input yang berbahan baku kimia sintetis dan menggantinya dengan input yang berbasis organik yang lebih ramah lingkungan. Selama beberapa minggu pertama kami belajar tentang teori sekaligus praktek di Kebun Seni Tani. 

Selama proses pembelajaran, materi yang diberikan meliputi kemampuan observasi lokasi sekitar kebun sebelum membuat desain kebun, pemahaman tentang pemulihan tanah dan interaksi mikroorganisme dalam soil food web sebagai dasar dari metode pertanian regeneratif, jenis-jenis sayur yang sesuai untuk ditanam di lahan perkotaan, serta pemahaman tentang kompos dan nutrisi alami dalam bercocok tanam. Selain itu, kami juga diajak untuk langsung praktek dalam membuat desain kebun, mengolah tanah, membuat bedeng, menyemai benih, pindah tanam ke lahan, membuat kompos secara aerob dengan metode lasagna compost dan juga secara anaerob dengan metode fermentasi bokashi, membuat ecoenzyme dari limbah organik sisa rumah tangga, serta membuat pestisida nabati dari tanaman liar yang ada di sekitar.

profil-02
Praktek Olah Tanah bersama teman-teman Tani Bestari (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)

Tidak hanya belajar, diskusi saat istirahat makan siang pun terasa hangat dan saling berbagi perspektif masing-masing dengan latar belakang kami yang berbeda. Kami dibimbing oleh beberapa fasilitator yang sudah berpengalaman. Kang Galih dengan wawasan pertanian alaminya yang sangat luas, Kang Fathan dengan pengalamannya dalam berkebun secara regeneratif, Teh Vania, Teh Mentari, dan Teh Anggieta yang lebih sering support dari belakang layar untuk memastikan seluruh kegiatannya berjalan dengan lancar. 

Selain itu, ada juga para pemateri hebat yang diundang dari luar Seni Tani, mulai dari Kak Ben dan Kak Rara yang menceritakan pengalaman berkebunnya di New Zealand, Pak Angga yang merupakan salah satu dosen dari Biomanajemen ITB bercerita tentang urgensi menjadi petani kota, Mbak Any dengan segudang pengalamannya tentang pengembangan diri dan juga pembangunan berkelanjutan yang menjadi mentor kami dalam menghadapi tantangan, dan juga Mbak Mita dari Riset Indie yang mengajarkan tentang user research

Setelah belajar selama dua bulan di area kebun Seni Tani, proyek akhir dari seluruh pembelajaran teori maupun praktek yang diberikan berujung pada kegiatan kami untuk langsung terjun ke lapangan pada RW 06 Cisaranten Endah untuk mengaktivasi lahan tidur yang ada di bantaran Sungai Cipamokolan. Kegiatan sosial ini meliputi riset sosial, merancang desain kebun, merancang model bisnis, serta diseminasi hasil kepada para pemegang kepentingan yang terlibat. Untuk cerita lebih lengkapnya tentang kegiatan kami di RW 06 dapat dilihat pada artikel Pemanfaatan Lahan Tidur Perkotaan Menjadi Kebun Komunal Bersama Warga.

 

Refleksi dan Pembelajaran

Pemahaman Tentang Bertani dan Berkebun di Kawasan Kota

Persepsiku terhadap pertanian di kawasan perkotaan berkembang seiring dengan hasil pembelajaran dari kegiatan ini. Pertanian bagi masyarakat yang tinggal di kota bukanlah sesuatu yang umum untuk dilakukan karena biasanya pertanian identik dengan kegiatan di desa. Sebagai seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan di kawasan urban, jangankan bertani atau berkebun, menyentuh tanah pun bukan sesuatu yang biasa aku lakukan. Dalam kegiatan ini, aku jadi belajar bahwa keterbatasan lahan tidak perlu dijadikan hambatan untuk memulai berkebun. Baik sebagai hobi atau produksi pangan untuk kebutuhan sendiri, semuanya sangat mungkin untuk dilakukan dengan pendekatan yang alami. Dari apa yang aku pelajari, tujuan dari berkebun di kawasan perkotaan bukanlah semata-mata tentang memaksimalkan produktivitas lahan, melainkan tentang menciptakan dampak sosial dan lingkungan, membangun kebersamaan dengan komunitas lokal melalui berkebun, serta membangun koneksi antara manusia dengan pangan dan lingkungan hidupnya. 

Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Penyediaan Pangan Sehat

Di kawasan perkotaan terdapat beberapa lahan tidur yang seringkali belum dimanfaatkan. Dari kegiatan ini aku mendapatkan perspektif bahwa lahan tersebut dapat dijadikan sarana bagi warga setempat untuk terhubung satu sama lain, saling berinteraksi secara positif dalam kegiatan berkebun, serta menciptakan nilai ekonomi dari hasil panen yang ada. Penyediaan pangan di kawasan perkotaan secara umum bergantung pada kawasan peri-urban di sekitarnya maupun kawasan sentra produksi yang jauh dari kota tersebut. Dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekitar, kemandirian pangan dapat ditingkatkan mulai dari tingkat komunitas. Akses terhadap pangan sehat yang diproduksi dengan metode alami pun makin terjangkau.

profil-03
Berlatih menjadi petani: dari semaian sampai panen (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)
Sampah Halaman dan Sampah Organik Rumah Tangga Adalah Aset Komunitas yang Bernilai

Kebun komunal di lahan perkotaan dapat meningkatkan nilai guna dari sampah halaman berupa dedaunan yang berguguran, serta sampah organik hasil dari konsumsi rumah tangga. Dengan adanya kebun tersebut, sampah organik dapat dilihat sebagai aset komunitas. Nilai guna dari pengolahan sampah tersebut didapatkan setelah mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan ecoenzyme. Keduanya menjadi bentuk solusi konkrit masalah persampahan sekaligus potensi untuk mengurangi biaya berkebun serta mewujudkan praktek berkebun yang lebih alami. Aku juga belajar bahwa limbah ampas kopi yang didapatkan dari kafe di sekitaran Bandung dapat diolah menjadi sumber Nitrogen bagi kompos yang nantinya akan digunakan untuk memelihara ekosistem mikroorganisme di tanah. Pola pikir sirkularitas ini tidak hanya semata-mata memberikan nilai ekonomi dan nilai ekologi bagi para pelaku perkebunannya saja, melainkan berkontribusi terhadap penyelesaian persoalan pengelolaan sampah bagi warga sekitar. 

profil-04
Beristirahat setelah panen melimpah (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)
Menjadi Bagian dari Komunitas

Salah satu pembelajaran yang paling aku rasakan dari proses ini adalah rasa keterlibatan terhadap komunitas yang ada di sekitarku. Rasa keterlibatan ini memberikan kesadaran bahwa masalah sosial dan lingkungan yang ada di sekitarku merupakan bagian dari tanggung jawabku selaku manusia yang tinggal di sana. Aku juga menyadari bahwa tanggung jawab tersebut perlu dijalankan bersama dan tidak bisa dipikul oleh seorang diri. Aku bertemu dengan orang-orang yang memiliki kepedulian yang sama untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih lestari dan berkontribusi pada masyarakat secara luas. Saling diskusi dan bertukar pendapat bersama ini memberikan rasa percaya diri untuk tetap bertumbuh dan bergerak menciptakan dampak-dampak sosial maupun lingkungan sesuai dengan kapasitasku pada saat ini.

Perubahan Menuju Kehidupan yang Lestari Perlu Dimulai Dari Lingkup Paling Sederhana

Menciptakan dampak sosial dan lingkungan membutuhkan kerjasama serta kolaborasi dari berbagai pihak. Namun, perubahan menuju kehidupan yang lebih lestari bukan tidak mungkin untuk tercipta  dari gerakan skala kecil seperti Program Tani Bestari yang dilakukan Seni Tani. Dari skala komunitaslah gerakan pelestarian dapat tercipta dan menular kepada lingkup yang lebih luas. Melalui edukasi dan praktek dengan paradigma dan nilai-nilai yang lebih selaras dengan alam, dapat tercipta inspirasi bagi masyarakat luas terutama anak muda yang memiliki kegelisahan serupa. Tentunya kegiatan ini baru merupakan langkah awal dan perlu dikembangkan lagi untuk memberikan dampak yang lebih luas. Aku bersyukur dapat ikut berkontribusi sekaligus bertumbuh bersama melalui gerakan sosial ini.

Nama lengkapku adalah Gilang Agustiar. Aku adalah seorang akademisi dan mahasiswa pascasarjana di jurusan Biomanajemen ITB. Saat ini, aku memiliki ketertarikan yang luas dalam bidang pembangunan berkelanjutan terutama terkait isu pangan berkelanjutan, pertanian agroekologi, dan juga kewirausahaan lestari. Aku percaya bahwa kehidupan yang lestari perlu diciptakan melalui hubungan yang selaras dan saling menghargai antara manusia, makhluk hidup, lingkungan hidup, dan semesta alam.

Dokumentasi Kegiatan

Link Foto – Artikel 1

Gilang Agustiar

Gilang Agustiar

Nama lengkapku adalah Gilang Agustiar. Aku adalah seorang akademisi dan mahasiswa pascasarjana di jurusan Biomanajemen ITB. Saat ini, aku memiliki ketertarikan yang luas dalam bidang pembangunan berkelanjutan terutama terkait isu pangan berkelanjutan, pertanian agroekologi, dan juga kewirausahaan lestari. Aku percaya bahwa kehidupan yang lestari perlu diciptakan melalui hubungan yang selaras dan saling menghargai antara manusia, makhluk hidup, lingkungan hidup, dan semesta alam.

Related Posts

[Profil] Bertani Itu Banyak Rasanya

[Profil] Bertani Itu Banyak Rasanya

[Profil] OPIK: PEMUDA KOTA YANG MENJADI PETANI KOTA

[Profil] OPIK: PEMUDA KOTA YANG MENJADI PETANI KOTA

[Profil] Profil Pemimpin Muda di Era Globalisasi

[Profil] Kebun Firdaus: Sebuah Pembelajaran Membangun Kebun Sekolah

[Profil] Kebun Firdaus: Sebuah Pembelajaran Membangun Kebun Sekolah

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 11
Total Visitors: 59716

Visitors are unique visitors