[Rumah KAIL} Belajar dari Transformasi Kehidupan di Kebun KAIL

[Rumah KAIL} Belajar dari Transformasi Kehidupan di Kebun KAIL

KAIL memiliki sebidang kebun yang kami tanami dengan beraneka macam tanaman. Sebelum menjadi Kebun KAIL, kebun itu merupakan kebun singkong dengan sembilan pohon jengkol. Kalau tidak sedang ditanami pohon singkong, kebun ini menjadi padang alang-alang. Tanahnya merah dengan sedikit unsur hara. Tanaman yang ditanam di atasnya kurus dan tidak tumbuh baik.

Sebelum kami membangun Rumah KAIL di atasnya, kami menanam sekitar 400 bibit pohon kayu hutan di Kebun KAIL. Karena kami tidak memiliki cukup waktu maupun uang untuk membayar orang untuk merawat pohon-pohon itu, maka pohon-pohon itu kami biarkan saja. Ada yang tumbuh, ada yang mati. Yang tumbuh kemudian menjadi besar. Yang mati kemudian menjadi kompos. Dari pohon-pohon yang tumbuh itu, banyak daun kering dan ranting yang mereka hasilkan dan menjadi sumber materi organis di Kebun KAIL.

Pada saat Rumah KAIL dibangun, sebagian dari pohon-pohon itu sudah besar. Beberapa dari mereka yang posisinya di lokasi yang akan dijadikan Rumah KAIL kami tebang. Batang-batang pohon itu kemudian menjadi tiang-tiang penyangga pada teras di lantai bawah Rumah KAIL. Daun-daunnya diolah menjadi kompos dan menambah materi organis di Kebun KAIL.

Sementara menyelesaikan pembangunan Rumah KAIL, kami mulai mengembangkan Kebun KAIL. Kami membuat bedeng-bedeng dari tanah yang ada. Tanah di Kebun KAIL merah dan liat sehingga kurang subur tetapi cocok dibentuk-bentuk. Kami menanam tanaman-tanaman yang mudah tumbuh. Sayang, banyak dari tanaman itu tidak berhasil tumbuh besar, karena banyak dari tanaman itu yang dimakan oleh ayam tetangga. Bedengnya pun tidak bertahan lama, karena retak di musim kemarau dan larut bersama air hujan di musim penghujan. Akhirnya seluruh bed tersebut dibuat ulang dengan bahan yang berbeda tetapi tetap dengan material yang tersedia di sekitar Kebun KAIL.

 

rumahkail1
Bedeng awal di Kebun KAIL dibuat dari tanah yang ada (Sumber: Dokumentasi KAIL).

 

Setelah beberapa eksperimen pembuatan bedeng, kami membuat perancangan kebun yang lebih serius dengan menggunakan prinsip permakultur. Kami membuat serial workshop perancangan kebun selama beberapa minggu dan kami berbagi peran untuk merancang, membuat dan merawat masing-masing bagian kebun secara berkelompok. Meskipun ada pembagian kelompok, pada akhirnya kami semua terlibat juga di pembuatan dan perawatan bagian kebun yang menjadi tanggung jawab kelompok lainnya. Intinya semua bergotong royong.

Setelah beberapa tahun berlalu, bedeng-bedeng di Kebun KAIL telah berkembang semakin permanen. Tidak satupun dari masing-masing bagian kebun yang berkembang sesuai tepat seratus persen dari rancangan aslinya. Masing-masing berubah, beradaptasi dan mencari keseimbangannya sendiri. Meskipun demikian, setiap bedeng saya rasa punya keindahannya sendiri. Mereka tetap cantik, meskipun dengan cantik yang berbeda dari yang dibayangkan oleh para perancangnya.

Saat ini Kebun KAIL bisa dibilang sudah seperti hutan di tengah kampung. Pohon-pohonnya sudah tinggi besar. Di bawahnya pun banyak tanaman perdu yang kami tanam. Banyak kehidupan yang tidak kami tanam ikut tumbuh, seperti lumut, jamur, pakis, tanaman liar, beraneka jenis kupu-kupu, capung, burung, tupai, ular, kodok, kelelawar, burung hantu, musang, kunang-kunang dan tentu saja cacing, ulat dan banyak lagi hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang kami belum tahu namanya..

 

rumahkail2
Labirin – satu bagian di Kebun KAIL tempat kami beraktivitas di luar ruangan (Sumber Foto: Dokumentasi KAIL – Innes Indreswari)

 

Saya sangat takjub melihat begitu kayanya kehidupan di Kebun KAIL ini. Di lahan yang sebetulnya tidak terlalu luas, hanya sekitar 2000 meter persegi, ada begitu banyaknya jenis makhluk hidup yang bisa tinggal bersama di dalamnya. Saya melihat perubahan prosesnya dari kebun yang gersang, menjadi kebun yang penuh kehidupan seperti ini. Lewat Kebun KAIL, saya belajar tentang proses pemulihan kebun. Sebuah proses transformasi kehidupan dari yang sangat miskin keanekaragaman hayati menjadi sebuah ekosistem yang lebih kaya dan penuh dengan beragam bentuk kehidupan yang sebelumnya tidak ada. Melihat proses transformasi Kebun KAIL, saya jadi memiliki harapan besar akan kemungkinan transformasi-transformasi lain untuk memulihkan kehidupan di bumi ini. Semoga semakin banyak orang tergerak untuk melakukannya.

 

rumahkail3
Berkebun Bersama Para Remaja Karang Taruna Kampung Cigarukgak. (Sumber Foto: Dokumentasi KAIL)

 

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati adalah trainer dan fasilitator di Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang. Peran utama yang sedang dijalani saat ini adalah: (1) memfasilitasi komunitas/ organisasi/ kelompok untuk membuat visi bersama dan perencanaan untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (2) menuliskan inisiatif-inisiatif untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (3) membangun pusat belajar (Rumah KAIL) untuk memfasilitasi proses berbagi dan belajar antar individu dan organisasi.

Related Posts

[Rumah KAIL} Seri Refleksi Pangan di Rumah KAIL

[Rumah KAIL} Seri Refleksi Pangan di Rumah KAIL

[Rumah KAIL] Pertanian Regeneratif di Kebun KAIL

[Rumah KAIL] Pertanian Regeneratif di Kebun KAIL

[Rumah KAIL] Persoalan Air di Rumah KAIL

[Rumah KAIL] Persoalan Air di Rumah KAIL

[Rumah KAIL] Belajar dari Permainan Layang-layang di Sawah

[Rumah KAIL] Belajar dari Permainan Layang-layang di Sawah

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 11
Total Visitors: 59716

Visitors are unique visitors