![[Rumah KAIL] Manfaat keanekaragaman hayati di Kebun KAIL](https://proaktif.kail.or.id/wp-content/uploads/2022/01/Rumah-Kail_1-5959207-800x600.jpg)
[Rumah KAIL] Manfaat keanekaragaman hayati di Kebun KAIL
Di Kebun KAIL kami menanam berbagai tanaman yang berguna. Tanaman-tanaman tersebut kami dapatkan dari kawan-kawan maupun dari para tetangga di sekitar Rumah KAIL. Dari banyak koleksi tanaman tersebut, masih banyak jenis yang kami tidak ketahui nama dan juga manfaatnya. Ternyata, banyak dari tanaman-tanaman tersebut memiliki berbagai manfaat, antara lain untuk dimakan sebagai lalaban atau sebagai obat-obatan. Karena itulah meskipun tidak tahu namanya, kami tetap membiarkan tanaman-tanaman itu tumbuh, khususnya untuk tanaman-tanaman yang tumbuh dengan sendirinya.
Pak Enjang, petugas Kebun Kail mengumpulkan tanaman-tanaman lalaban Sunda yang banyak ditemukan di Kampung Cigarukgak. Beliau memperkenalkan kepada kami sekitar 21 jenis daun-daunan yang bisa dimakan. Dari semuanya itu, yang saya masih ingat saat ini cuma lima jenis, yaitu pohpohan, sintrong, tespong, mangkokan dan bluntas. Di antara semua jenis tersebut, tidak satupun yang saya temukan secara rutin di tukang sayur. Mungkin jarang yang membeli atau mungkin di pasarnya tidak tersedia. Atau mungkin, seperti saya, masyarakat zaman sekarang sudah tidak mengenal tanaman-tanaman tersebut lagi. Yang saya tahu sebagai lalaban adalah timun, kol dan tomat; yang semuanya bukanlah tanaman asli Indonesia. Timun berasal dari Himalaya, kol dari Eropa dan tomat dari Amerika Latin.

Tak kenal maka tak sayang. Demikianlah lidah saya lebih akrab dengan rasa tomat, timun dan kol ketimbang tespong, pohpohan dan sintrong. Memperkenalkan kembali yang sudah lama hilang ternyata tidak mudah. Beberapa dari jenis-jenis tanaman lalaban tersebut banyak tumbuh liar. Karena tidak tahu, mereka dibiarkan begitu saja, tidak dipanen, apalagi dikonsumsi. Lebih parah lagi, beberapa dari mereka kemudian hanya disebut sebagai “rumput”. Sebutan ini mengacu pada anggapan bahwa tanaman tersebut bukanlah tanaman yang berguna. Atau malah kadang-kadang disebut sebagai gulma yang perlu dibasmi. Padahal menurut klasifikasi Biologi, mereka sama sekali tidak dapat dikategorikan sebagai rumput-rumputan. Manfaat yang paling banyak adalah menjadi makanan kambing, kelinci atau marmut.
KAIL mengusahakan agar kita dapat mengenal kembali tanaman-tanaman khas Indonesia, khususnya yang banyak terdapat di Kampung Cigarukgak sejak masa lalu. Beberapa dari tanaman tersebut adalah talas dan ganyong sebagai umbi. Berbagai lalaban yang diceritakan di atas. Dan juga berbagai buah-buahan dan kacang-kacangan. Kami punya koleksi kacang roay, yang rasanya seperti edamame. Tapi sebelumnya, saya lebih mengenal edamame yang berasal dari negeri Tiongkok, ketimbang kacang roay. Padahal rasa kacang roay tidak kalah enak dari edamame tersebut. Kacang roay bisa digunakan sebagai campuran sayur sop atau capcai kuah ketika masih muda, seperti kacang kapri yang muda. Ketika agak tua, biji-bijinya bisa digunakan seperti polong kacang kapri. Enak sekali untuk campuran bumbu fuyunghai atau campuran bahan sayur sop. Ketika tua, ia bisa disangrai atau digoreng seperti kacang goreng. Yang belum sempat saya coba adalah mengolah kacang roay menjadi tempe roay.

Dari tanaman ganyong dan talas, tim KAIL pernah belajar membuat berbagai jenis makanan. Dari ganyong dapat dibuat kue ongol-ongol. Rasanya manis karena diberi campuran gula merah. Rasanya seperti puding tetapi lebih padat kadar karbohidratnya. Apalagi kalau diberi parutan kelapa. Wah sedap sekali ternyata. Dari talas, kawan-kawan di KAIL pernah membuat berbagai macam makanan, seperti perkedel talas, bitterbalen talas, kroket talas, combro talas, misro talas, keripik talas, dan tentu saja talas kukus. Hanya saja, yang perlu diperhatikan dalam memanen talas adalah waktu panen. Talas yang dipanen terlalu muda akan memberikan rasa gatal di mulut dan tenggorokan karena kadar oksalatnya yang tinggi. Untuk mengurangi kadar tersebut, perlu dilakukan proses perendaman di air garam minimal sehari sebelumnya.

Kebun KAIL juga memiliki beberapa koleksi pohon buah. Kami memiliki dua jenis berry, yaitu arben dan murbei. Pohon-pohon itu banyak buahnya. Anak-anak menyukainya. Karena mereka tidak mengenal kedua tanaman itu, mereka menyebutnya berry merah dan berry hitam. Hampir setiap hari anak-anak datang untuk meminta buah tersebut. Selain dimakan langsung, kedua jenis berry tersebut dapat diolah menjadi sirup dan selai. Untuk membuat sirup, caranya cukup mudah. Berry tersebut tinggal direbus dengan air. Jika dirasa kurang manis, bisa ditambah gula pasir sesuai selera. Untuk membuat selai, berry tersebut dimasak tanpa air dengan gula yang cukup banyak sampai mengental. Setelah kental dapat digunakan sebagai selai untuk dioleskan di atas roti, isian kue atau bisa juga dicampur air lagi menjadi sirup.

Selain berry, anak-anak juga suka mengambil jambu. Kami memiliki dua jenis jambu, yaitu yang tengahnya merah muda dan yang tengahnya putih. Kedua-duanya rasanya enak. Anak-anak juga senang makan jambu-jambu ini. Mereka suka memanjat pohonnya yang besar dan bercabang banyak. Jambu-jambu ini tumbuh dari biji-biji jambu yang kami sebar setelah kami makan jambu.
Selain jambu, kami juga mengumpulkan biji-biji dari beraneka buah-buahan yang kami konsumsi. Biji-biji itu sebetulnya tidak ditangani khusus, hanya dibuang ke Kebun KAIL. Disebar di banyak bed yang ada. Dari biji-biji tersebut, tumbuh banyak pohon buah seperti nangka, alpukat, sawo, jeruk, salak, pepaya, mangga, dll. Beberapa dari mereka ada yang mulai berbuah, tetapi sebagian besar yang lain masih kecil-kecil.
KAIL juga punya banyak koleksi rimpang. Rimpang ini sebagian besar digunakan untuk bumbu. Ada jahe merah dan jahe gajah, lengkuas, kencur, kunyit putih, kecombrang dan temulawak. Selain itu kami juga punya bumbu-bumbu yang lain seperti sereh, pandan dan jeruk. Kami juga punya pohon cabe rawit yang berbuah sepanjang tahun. Selain untuk bumbu, rimpang-rimpang, sereh dan pandan juga kami buat berbagai jenis minuman. Kadang kami membuatnya seperti jamu yang kental, kadang kami membuatnya seperti minuman segar. Sereh gula merah adalah salah satu minuman favorit dalam menu konsumsi kegiatan-kegiatan KAIL.

Dari proses ini, Kebun KAIL telah berubah dari padang alang-alang di tahun 2013, menjadi kebun yang rimbun di tahun 2020. Cukup banyak tanaman hidup di Kebun KAIL. Beberapa kami rawat secara intensif, khususnya yang posisinya di dekat Rumah KAIL. Sebagian besar lainnya, kami biarkan tumbuh dan merawat dirinya sendiri, yaitu yang posisinya jauh dari Rumah KAIL. Lewat proses ini, kami bisa melihat bagaimana alam bisa tumbuh dan berkembang dan memberikan manfaat bagi kita manusia. Untuk itu, kita hanya perlu memberinya kesempatan dan waktu untuk tumbuh dan memperbarui diri.
No Comment