![[Rumah KAIL] Pertanian Regeneratif di Kebun KAIL](https://proaktif.kail.or.id/wp-content/uploads/2025/01/Rumah-KAIL_Picture24-5422528.jpg)
[Rumah KAIL] Pertanian Regeneratif di Kebun KAIL
Sejak bulan Juli 2024, KAIL mengadakan ujicoba penerapan pertanian regeneratif di Kebun KAIL. Proses ini didukung oleh Komunitas 1000 Kebun, khususnya Kang Galih Raditya, sebagai Ketua Komunitas. Kang Galih secara rutin membimbing Pak Enjang dan Teh Ida, penanggung jawab Kebun dan Rumah KAIL untuk mengembangkan kebun dengan prinsip-prinsip pertanian regeneratif. Selama ini Kang Galih telah mempraktekkan pertanian regeneratif di banyak kebun, termasuk di antaranya beberapa kebun sekolah dan kebun komunitas. Sebelum itu Kang Galih telah jatuh bangun bertani, baik bercocok tanam dengan cara kimia sampai pertanian organik.
Dari pengalaman yang panjang tersebut, akhirnya ia menyimpulkan bahwa pangan yang sehat dihasilkan oleh tanaman yang sehat. Tanaman yang sehat tumbuh di tanah yang sehat. Tanah yang sehat adalah tanah yang memiliki banyak unsur hara. Unsur hara dihasilkan oleh makhluk-makhluk kecil, seperti berbagai jenis bakteri dan jamur, yang ada di dalam tanah. Tanah yang sehat adalah tanah yang penuh dengan kehidupan yang saling mendukung di dalam satu ekosistem. Kang Galih meyakini bahwa pemulihan kesehatan tanah adalah kunci dari sistem produksi pangan yang sehat.

Foto: Koleksi Kebun KAIL
Prinsip-prinsip tersebut apabila diterjemahkan ke dalam praktek, ternyata tidak serumit yang dibayangkan. Pertama-tama yang perlu ditetapkan adalah kita mau makan apa dan kapan/ sesering apa? Kebutuhan tersebut akan menentukan tanaman apa yang harus kita tanam. Tanaman yang ditanam akan membutuhkan karakteristik tanah tertentu yang dapat mendukungnya untuk tumbuh sehat. Sebagai contoh, jika kita ingin makan sayuran hijau semusim, maka kita membutuhkan tanah yang mengandung banyak bakteri. Tanah tersebut perlu mendapatkan sinar matahari yang banyak untuk memaksimalkan pertumbuhan daun dan menghidupkan bakteri yang ada di tanah. Sebaliknya, jika kita ingin makan buah dari tanaman yang tumbuh besar seperti pohon sawo atau pohon durian, maka kita memerlukan tanah dengan lebih banyak jamur. Bakteri membutuhkan hijauan sebagai sumber makanannya. Bakteri akan menghasilkan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sayuran hijau semusim. Jamur membutuhkan banyak coklatan sebagai sumber pangannya. Ia akan menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman-tanaman buah yang panen tahunan dan pohon-pohon besar lainnya.
Kedua, kita perlu mengenal karakteristik tanah kita. Apakah tanah kita mengandung banyak lempung atau tanah liat? Atau apakah tanah berpasir yang mudah melalukan air? Atau tanah yang berisi banyak materi organis? Karakteristik tanah kita menentukan proses apa yang perlu dilakukan setelahnya agar tanaman yang akan ditanam dapat tumbuh dengan baik. Semakin sesuai tanaman yang akan ditanam dengan karakteristik tanah, semakin minimal upaya yang perlu dilakukan. Sebaliknya apabila tanaman yang ingin kita tanam memiliki kebutuhan yang sangat berbeda dengan karakteristik tanah yang akan ditanami, maka semakin besarlah upaya yang perlu dilakukan untuk menyesuaikan kondisi tanah tersebut.

Semaian kangkung di bedeng ujicoba pertanian regeneratif di Kebun KAIL
Foto: Koleksi Kebun KAIL
Di Kebun KAIL, kami ingin menanam sayur mayur untuk keperluan konsumsi kegiatan. Sayur mayur membutuhkan tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari. Setelah melakukan mengamati kondisi kebun, maka satu-satunya tempat yang masih mendapatkan banyak sinar matahari adalah daerah parkiran. Wilayah Kebun Kail lainnya sudah terlalu rimbun tertutup oleh pohon-pohon besar, jadi kurang cocok untuk ditanami sayuran hijau semusim. Akhirnya kami mengalokasikan seperempat lokasi parkiran menjadi kebun sayuran. Di dalam lokasi tersebut, kami bisa membuat 3 buah bedengan yang ditanami aneka jenis sayuran.
Pertama-tama, kami melakukan pengolahan tanah. Tanah dicangkul/ garpu sedalam sekitar 50-60 cm sampai agak gembur. Kemudian di atasnya diberi lapisan-lapisan sebagai berikut, hijauan, coklatan, kotoran hewan, hijauan, coklatan, kotoran hewan dan seterusnya. Tumpukan tersebut disiram setiap hari sampai siap ditanami. Proses tersebut membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga minggu tergantung jenis hijauan, coklatan dan tinggi tumpukannya.
Sambil menunggu tanah dapat ditanami, kita dapat menyemai benih dalam wadah khusus agar dapat terawat baik. Setelah semaian tumbuh beberapa helai daun dan cukup kuat maka dapat dipindahkan ke bedeng-bedeng yang telah siap. Cara menanamnya adalah dengan membuka bagian coklatan di atas tanah, menggali tanah tersebut dan memindahkan seluruh tanah berisi semaian, agar tidak merusak struktur akarnya. Setelah itu, tanah yang digali ditutup kembali dengan tanah dan di atasnya ditutupi kembali dengan hijauan dan coklatan yang sebelumnya dibuka. Semaian ini perlu disiram secara rutin dengan hati-hati sampai tumbuh menjadi pohon yang cukup kuat.
Di dalam satu bedengan, sebaiknya ditanami lebih dari satu jenis tanaman. Tujuannya adalah untuk menambah keanekaragaman hayati di kebun kita. Keanekaragaman hayati berguna untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem pertanian. Selain itu, kita juga bisa menanam jenis-jenis tanaman yang baunya tidak disukai oleh serangga / hama, misalnya kemangi, basil, tomat dan kenikir. Tanaman-tanaman tersebut berguna sebagai tanaman pangan, berbau khas yang cocok untuk resep-resep makanan tertentu, tetapi tidak disukai serangga. Dengan demikian tanaman tersebut dapat melindungi tanaman yang lain dari serangan hama.
Pertanian regeneratif mengandalkan kekuatan tanaman untuk menghadapi penyakit. Ketimbang diberi obat atau disemprot pestisida, pertanian regeneratif memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman sebagai hal terpenting. Jika ada tanaman yang sakit, maka yang akan dilakukan adalah menambahkan kompos ke tanah di sekitar bawah kanopi tanaman. Di situlah letak ujung-ujung akar yang akan menyerap nutrisi tersebut. Nutrisi sehat yang diserap tanaman akan membuat tanaman tumbuh menjadi tanaman yang sehat dan kuat juga.
Tergantung dari jenis tanaman, beberapa jenis sayuran seperti bayam atau kangkung dapat dipanen setelah sebulan penanaman. Tanaman yang lain membutuhkan waktu yang lebih panjang. Kita perlu menyesuaikan waktu memanen dengan usia tanaman untuk mendapatkan kualitas terbaiknya. Meskipun demikian, terlambat atau lebih awal beberapa hari masih oke untuk mendapatkan nutrisi yang maksimal. Yang penting panen tersebut sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan segar / tidak layu. Setelah dipanen, tanah hanya perlu pengolahan minimal, yaitu dengan menambahkan materi organis berupa hijauan, coklatan dan kotoran hewan lagi. Saat ini, kita tidak perlu lagi melakukan penggalian sampai 50-60 cm seperti ketika di awal pengolahan lahan, melainkan cukup maksimal 10 cm saja. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan jaringan bakteri dan jamur yang telah terbangun dalam proses sebelumnya. Proses penggemburan tanah yang masif akan merusak jaringan tersebut yang berarti proses dimulai lagi dari awal. Singkat kata, dalam pertanian regeneratif, kita hanya perlu satu kali melakukan pengolahan tanah yang masif. Setelah itu yang perlu dilakukan adalah mempertahankan kesuburannya dengan memperhatikan kontinuitas asupan materi organis pada tanah tersebut.
Demikian sekilas informasi praktek pertanian regeneratif di Kebun KAIL. Terima kasih untuk Komunitas 1000 Kebun, khususnya Kang Galih Raditya yang telah berbagi ilmunya untuk diterapkan di Kebun KAIL. Semoga pengetahuan yang luar biasa ini dapat menyebar dan diadopsi oleh para petani di seluruh dunia.
***
No Comment