[Rumah KAIL] Persoalan Air di Rumah KAIL

[Rumah KAIL] Persoalan Air di Rumah KAIL

Akhir-akhir ini Rumah KAIL sering mengalami persoalan air. Rumah KAIL mendapatkan air dari sebuah perusahaan air lokal yang dimiliki oleh warga Kampung Cigarukgak, lokasi tempat Rumah KAIL berada. Perusahaan tersebut adalah perusahaan keluarga yang kebanyakan karyawannya adalah anggota keluarga pemilik perusahaan. Ada yang bertugas mengontrol air, ada yang menagih iuran dari warga yang menjadi pelanggan, sampai memperbaiki instalasi air yang rusak. Untuk mendapatkan layanan air tersebut, pertama-tama kami perlu membayar sejumlah uang yang cukup besar untuk pemasangan instalasi berupa pipa-pipa untuk menyalurkan air dari sistem distribusi dan meteran air sampai ke rumah. Sistem pemipaan di dalam rumah menjadi tanggung jawab masing-masing pelanggan. Pada tahun 2014, saat kami mendaftar sebagai pelanggan, biaya pemasangannya adalah Rp. 3.500.000,-

Setelah menjadi pelanggan, kami diwajibkan membayar biaya bulanan, yang besarnya tergantung dari jumlah pemakaian air kami masing-masing. Semakin banyak air yang kami gunakan, semakin besar biaya yang harus kami bayarkan. Sejauh ini, biaya bulanan yang kami bayarkan masih bisa dianggap sangat murah. Saat ini, kami menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci, menyiram tanaman dan membersihkan rumah dan lain-lain. Biaya yang kami bayarkan setiap bulannya adalah sekitar Rp. 20.000,- sampai Rp. 50.000,-

rumah-kail-picture1
Air digunakan untuk menyiram tanaman di Kebun KAIL

Pada awalnya, kami mendapatkan air yang melimpah dan kualitas yang baik. Kami bisa menggunakan air tersebut tanpa dimasak, tetapi cukup dimasukkan ke dalam filter air, dan air tersebut siap diminum. Air juga tersedia melimpah setiap hari. Kami tinggal memutar keran dan air mengalir dengan cukup deras. Kami bisa menyiram tanaman di sepanjang waktu sesuai keinginan.

Lama kelamaan, kelimpahan air tersebut mulai menghilang. Debit air semakin kecil dan kadang-kadang sampai berhari-hari tidak mengalir. Jadi kami perlu mengeluarkan energi ekstra untuk mengatur penggunaan air kami, sehingga cukup untuk semua kebutuhan yang paling penting. Kami perlu mengatur jadwal mencuci dan menyiram tanaman sesuai dengan ketersediaan air tersebut. Dalam kasus pengelolaan kebun, kami sampai harus menyesuaikan tanaman yang kami tanam dengan ketersediaan air. Kalau kami memaksakan menanam tanaman yang membutuhkan air banyak, maka sudah bisa dipastikan akan terjadi kegagalan panen dan bahkan tanaman sudah mati duluan.

Demikian juga kualitas air mengalami penurunan. Jika di musim kemarau air sering tidak mengalir, di musim hujan air kadang melimpah tetapi kondisinya kotor seperti ada tanahnya. Ini menandakan bahwa di sumber air tersebut ada tanah yang longsor sehingga tanah tersebut masuk dalam sistem pemipaan. Jadi kami perlu menyesuaikan air yang kami minum dengan kondisi ini. Air tersebut perlu diendapkan dulu. Ketika bagian yang kotornya sudah mengendap, maka kami dapat mengambil bagian yang jernih untuk memasak dan air minum.

rumah-kail_picture2
Air tidak mengalir dari keran, kebun tidak bisa disiram

Ada beberapa penyebab persoalan air yang kami identifikasi. Pertama, karena ketersediaan air di mata air semakin berkurang. Berkurangnya air di mata air dipengaruhi oleh perubahan tata guna lahan di daerah resapan air di bagian hulu, yang posisinya lebih tinggi dari Rumah KAIL. Saat ini, wilayah-wilayah itu sudah banyak berubah dari kebun atau sawah menjadi rumah-rumah. Bahkan sawah-sawah yang dulu penuh dengan mata air sekarang sudah diubah menjadi rumah juga. Kedua, air dari sumber air yang sudah terbatas tersebut sekarang digunakan oleh lebih banyak orang. Di sekeliling Rumah KAIL yang dulunya kebun, sekarang sudah berubah menjadi rumah semua. Mereka semua memerlukan air. Jadi air yang dulu digunakan oleh sedikit orang, sekarang digunakan oleh jauh lebih banyak orang. Ditambah lagi, perusahaan air lokal ini ternyata juga menyuplai air ke perumahan-perumahan baru yang posisinya di bawah Rumah KAIL. Tentu lebih banyak lagi orang yang menggunakan air tersebut. Akibatnya, ada semacam persaingan penggunaan air antara pengguna lama, pengguna baru di kampung ini dan dengan pengguna dari wilayah lain. Pengaturan air ini menjadi sungguh kompleks dan apabila tidak ditangani dengan baik, dapat menjadi pemicu konflik di kemudian hari.

     Persoalan air yang terjadi di Rumah KAIL adalah satu puncak gunung es yang umum terjadi di banyak tempat. Di mana-mana masyarakat mengalami persoalan air. Mereka yang kaya menyelesaikannya dengan membuat sumur bor atau membeli air dengan harga yang lebih mahal. Mereka yang miskin melakukan penyesuaian terhadap konsumsi air mereka. Mereka menggunakan air dengan lebih hemat, lebih jarang dan berbagai pengaturan lainnya untuk beradaptasi. Di luar urusan pengaturan tersebut, sesungguhnya persoalan fundamental yang terjadi adalah kita secara kolektif sedang menghadapi krisis ketersediaan sumberdaya. Di mana-mana mulai terjadi kelangkaan sumberdaya yang dulunya melimpah. 

Masalahnya kelangkaan ini sebetulnya terjadi karena ulah kita sendiri. Kita sendiri, membangun rumah dan gedung tanpa mengindahkan aturan tata guna lahan yang telah ditetapkan. Daerah resapan air yang menjadi perumahan atau gedung tinggi adalah salah satu penyebab kelangkaan air di tingkat kota. Kita sendiri yang menutupi sawah-sawah yang penuh mata air dengan membangun rumah kita di situ. Kita sendiri yang menutupi halaman rumah kita dengan semen supaya tidak becek di musim hujan, tetapi akibatnya air hujan tidak dapat menyerap masuk ke dalam tanah.

Lebih dari itu, kita juga kurang bisa bekerja sama untuk mengelola sumberdaya bersama dengan mengikuti prinsip berkelanjutan. Ketimbang berkumpul, mendiskusikan persoalan dan membangun konsensus tentang bagaimana sumberdaya tersebut seharusnya dikelola, banyak dari kita lebih memilih solusi pribadi jangka pendek, sementara mengabaikan solusi kolektif jangka panjang. Berbagai alasan kita ungkapkan, seperti males ribed, susah diskusi sama yang lain atau dari pada ribut mending…. Ini sebetulnya hanya menunjukkan keengganan kita untuk bekerjasama, untuk meluangkan waktu dan kesediaan berproses untuk membangun konsensus yang mengakomodasi kepentingan semua termasuk keberlanjutan alam.  

Sesungguhnya, ini adalah pekerjaan rumah kolektif kita sebagai umat manusia. Bagaimana kita bisa mengelola sumberdaya bersama secara kolektif untuk kepentingan semua. Entah itu air, pangan, udara bersih dan limbah. Jika tidak segera kita kerjakan, persoalan akan semakin parah. Saat persoalan tersebut telah menjadi terlalu parah tentu akan lebih sedikit ruang-ruang perbaikan yang kita miliki dan juga waktu yang kita miliki untuk mengubah atau menunda kehancuran.  Membangun kerjasama untuk mengelola berbagai aspek kehidupan adalah tantangan bagi generasi muda untuk memenangkan masa depan yang lebih berkelanjutan.

 

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati adalah trainer dan fasilitator di Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang. Peran utama yang sedang dijalani saat ini adalah: (1) memfasilitasi komunitas/ organisasi/ kelompok untuk membuat visi bersama dan perencanaan untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (2) menuliskan inisiatif-inisiatif untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (3) membangun pusat belajar (Rumah KAIL) untuk memfasilitasi proses berbagi dan belajar antar individu dan organisasi.

Related Posts

[Rumah KAIL} Seri Refleksi Pangan di Rumah KAIL

[Rumah KAIL} Seri Refleksi Pangan di Rumah KAIL

[Rumah KAIL] Pertanian Regeneratif di Kebun KAIL

[Rumah KAIL] Pertanian Regeneratif di Kebun KAIL

[Rumah KAIL] Belajar dari Permainan Layang-layang di Sawah

[Rumah KAIL] Belajar dari Permainan Layang-layang di Sawah

[Rumah KAIL]  Belajar dari Pak Enjang Suryadi – Belajar dari Praktek

[Rumah KAIL] Belajar dari Pak Enjang Suryadi – Belajar dari Praktek

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 67
Total Visitors: 59694

Visitors are unique visitors