![[Rumah KAIL] Belajar dari Pak Enjang Suryadi – Belajar dari Praktek](https://proaktif.kail.or.id/wp-content/uploads/2024/06/rk1-6592955.jpg)
[Rumah KAIL] Belajar dari Pak Enjang Suryadi – Belajar dari Praktek
Enjang Suryadi atau sering dipanggil Pak Enjang adalah penanggung jawab Kebun KAIL. Ia terlibat dalam merawat Rumah dan Kebun KAIL sejak tahun 2016. Saat itu Kebun KAIL masih gersang, belum rimbun seperti sekarang. Pada saat itu, ia terlibat sebagai tukang dalam perbaikan Rumah KAIL. Di antara para tukang itu, kami mencari siapa yang senang berkebun. Di antara sekian banyak tukang tersebut, ternyata yang cukup telaten dan suka dengan tanaman hanyalah Pak Enjang. Itulah sebabnya ia terpilih untuk bekerja di KAIL sebagai penanggung jawab kebun.
Pak Enjang sebetulnya bukan petani. Ia adalah tukang bangunan yang serba bisa. Ia bisa membangun rumah, baik dari bata, kayu maupun bambu. Ia dan istrinya, Teh Ida, membangun sendiri rumah yang ditinggali sekarang. Sebagai tukang, ia sering dipanggil untuk membuat rumah atau memperbaiki rumah yang rusak. Genteng bocor, pagar rusak, kran macet, pipa mampet, kusen lapuk semua bisa diperbaikinya. Pak Enjang juga bisa membuat lemari, kandang hewan peliharaan dan berbagai perabot lainnya.

Sumber: Dokumentasi KAIL
Sebagai penanggung jawab kebun, Pak Enjang suka bereksperimen. Ia membuat alat penyiram otomatis yang terbuat dari selang, botol aqua bekas dan pipa paralon. Ia juga memodifikasi teknik pengomposan sehingga lebih rapi dan cepat. Hampir seluruh sudut Kebun KAIL adalah hasil karyanya dalam lima tahun terakhir. Memang ada juga hasil karya dari tukang-tukang kebun sebelumnya, tetapi setelah itu, Pak Enjanglah yang melanjutkan proses pengembangan sampai sekarang.
Salah satu karya Pak Enjang yang paling banyak digunakan adalah labirin. Labirin adalah satu spot di Kebun KAIL yang digunakan sebagai ruang untuk berkegiatan di luar ruangan. Labirin ini pernah digunakan untuk kegiatan self healing, olah raga anak-anak, tempat duduk-duduk sambil botram maupun sekedar bersantai menikmati suasana kebun. Labirin dibuat dari susunan bata. Di antaranya ditanami rumput, yang tumbuh subur di musim penghujan, tetapi sering kering di musim kemarau. Di tempat ini anak-anak juga berkumpul mengawali kegiatan Hari Belajar Anak, tempat para relawan KAIL berkumpul merayakan Hari Ulang Tahun Kail dan Ulang Tahun Kemerdekaan RI, dan tempat para peserta pelatihan KAIL melakukan berbagai permainan untuk pembelajaran.

Di Kebun KAIL terdapat bedeng-bedeng tanaman yang terbuat dari berbagai bahan bekas atau sisa yang sudah tidak terpakai, seperti sisa-sisa batu pondasi, tempurung kelapa, genteng yang sudah pecah atau retak, atau sisa tebangan kayu atau bambu. Pak Enjang yang menanami tebing-tebing sungai dengan bambu dan tanaman-tanaman lainnya. Ia yang membendung sisi sungai dengan anyaman bambu sehingga airnya tidak mengikis tanah. Ia juga yang memangkas tanaman-tanaman merambat yang menjalar sampai ke atap Rumah KAIL.

Kanan: Pak Enjang panen kacang tanah
Sumber: Dokumentasi KAIL
Selain mengerti soal berkebun dan membangun rumah, Pak Enjang juga bisa memasang instalasi listrik. Ia bisa juga memperbaiki peralatan listrik yang konslet dan juga mengutak-atik barang yang rusak. Gagang sapu patah, alat pel lepas dan berbagai peralatan bisa diperbaiki sehingga umur pakainya dapat diperpanjang. Pak Enjang juga memanen daun aren untuk diambil lidinya sebagai bahan pembuat sapu lidi. Sapu lidi dari daun aren jauh lebih kuat dari sapu lidi dari daun kelapa. Sapu lidi itu kuat dan mantap digunakan untuk menyapu. Ia juga bisa mengakali pelampung toren yang rusak dengan menggunakan botol air kemasan bekas.

Sumber: Dokumentasi KAIL
Pak Enjang juga gemar memancing. Ia menangkap ikan dan belut untuk dijadikan lauk di rumah atau dipelihara. Ia memelihara entok dan ikan cupang. Entok diberinya makanan sisa, keong, atau daun-daunan sisa hasil panen. Rumah entok itu dibuatnya sendiri dari daun aren digabung dengan daun alang-alang dan rumput-rumputan yang dikeringkan dan dijepit dengan bilah bambu. Ia juga pernah memelihara marmut belasan ekor. Sayang beberapa dari marmut tersebut hilang karena lepas atau dimakan ular dan mungkin juga dimakan musang. Pak Enjang juga berani menangkap ular yang nyasar ke dekat rumah dan memindahkannya ke zona 4 atau 5 yang lebih cocok sebagai zona liar.
Bukan cuma itu, Pak Enjang juga bisa menghias tumpeng nasi kuning dengan aneka potongan buah tomat dan timun yang cantik. Ia juga bisa masak nasi liwet yang enak, menyalakan api unggun dan membakar jagung atau menanak nasi di atasnya. Dalam kegiatan-kegiatan KAIL, kadang-kadang ia membantu membungkus tahu pepes, mencarikan daun pisang dan banyak hal lainnya. Dulu ketika emaknya masih lebih muda, ia kerap membantu emangnya menghias baki lamaran.

Foto: Dokumentasi KAIL
Pak Enjang bukanlah orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Ia juga bukan dari keluarga yang kaya yang bisa ikut kursus atau les ini itu. Lalu, dari mana Pak Enjang belajar semua ini? Ternyata Pak Enjang belajar pertama-tama dari mengamati, ikut praktek dan kemudian mengembangkan sendiri melalui proses uji coba. Eksperimennya kadang gagal, tetapi tentu ada juga yang berhasil. Kegagalan tidak membuatnya menyerah. Ia mencoba lagi, eksperimen yang lain. Sampai akhirnya ia mendapatkan ide baru dan mempraktekkannya. Coba lagi. Coba lagi. Begitu terus.
Pendidikan yang rendah tidak membuatnya malas belajar. Justru ia mengembangkan banyak inovasi untuk menyelesaikan berbagai persoalan teknis di Rumah dan Kebun KAIL dengan cara-cara yang tidak diajarkan di bangku sekolah. Inovasi-inovasi yang dikembangkan oleh Pak Enjang menunjukkan kepada kita pentingnya kemandirian dalam memproduksi berbagai kebutuhan. Kemandirian itu dapat dipelajari melalui praktek sehari-hari. Mudah-mudahan Pak Enjang tetap rajin berkreasi dan menghasilkan karya-karya untuk pengembangan Rumah dan Kebun KAIL di masa yang akan datang.
***
No Comment