[Pikir] Dengan Menjaga Alam, Maka Alam Menjaga Kita

[Pikir] Dengan Menjaga Alam, Maka Alam Menjaga Kita

Alam semesta adalah bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tersedia di alam, dan manusia dianugerahi bakat beserta kemampuan untuk mengolahnya. Tanpa alam, manusia tak bisa hidup. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban segenap umat manusia untuk menjaga dan melestarikan alam. Kita perlu menjaga alam demi anak dan cucu kita kelak. Bila kita menjaga alam, maka alam pun akan menjaga kita.

 

Persembahan Alam untuk Kesejahteraan Manusia

 

Sebagaimana telah disebutkan tadi, jika kita menjaga alam, maka alam pun menjaga diri kita. Khususnya dari segi kesehatan (baik kesehatan fisik maupun kesehatan batin), apa saja yang dapat diberikan alam? Mari simak berikut ini.

 

Keberagaman sumber daya alam dan kearifan lokal untuk kesehatan

 

Segala hal yang dibutuhkan manusia untuk kesehatan tubuhnya tersedia di alam. Secara turun temurun, manusia di berbagai belahan dunia telah mempelajari khasiat berbagai tanaman bagi kesehatan tubuh. Sesuai dengan tradisi dan budaya setempat, setiap daerah memiliki kearifannya masing-masing dalam memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam.

 

Di Indonesia, dikenal jamu maupun ramuan yang berkhasiat penyembuhan penyakit. Ramuan terdiri dari kombinasi rimpang, kulit pohon, maupun dedaunan dari tanaman tertentu. Di belahan negara lain, seperti Korea, dikenal fermentasi sayur sawi, yaitu kimchi, atau sauerkraut dari Jerman, yang merupakan fermentasi sayur kol. Pengolahan dengan cara fermentasi menghadirkan mikroba baik yang bermanfaat bagi tubuh manusia.

 

Selain yang kasat mata, rupanya yang tak kasat mata juga memiliki manfaat bagi kesehatan manusia. Makhluk hidup tak kasat mata itu dikenal dengan nama mikrobioma. Apakah mikrobioma ini? Sesuai seperti sebutannya, mikro, yang artinya kecil, bahkan tak kasat mata, mikrobioma adalah mikroorganisme yang hidup bersimbiosis di tubuh manusia. Ia dapat berbentuk jamur, bakteri, archae, protozoa, maupun virus. Mikrobioma menempati sebagian besar tubuh manusia, bahkan jumlah gen pada mikrobioma sendiri melebihi jumlah gen pada manusia.

 

pikir_vita_1
Daftar fungsi mikrobioma pada organ tubuh manusia Sumber: id.innerself.com

Mikrobioma paling banyak ditemukan di saluran pencernaan manusia. Selain itu, ia juga menempati permukaan tubuh manusia, seperti kulit, rambut, maupun alat kelamin manusia. Manfaat mikrobioma bagi manusia antara lain: membantu proses pencernaan makanan di tubuh manusia, mendukung proses penyerapan nutrisi ke tubuh manusia, mendukung kekebalan tubuh, memproduksi vitamin seperti vitamin B, B12, thiamin, riboflavin, dan vitamin K (vitamin yang dibutuhkan untuk penggumpalan darah). Mikrobioma tidak hanya berperan dalam fisiologi tubuh,

 

Mikrobioma pun bermanfaat bagi lingkungan hidup. Bagi tanaman, mikrobioma berperan dalam peningkatan penyerapan nutrisi, ketahanan tanaman terhadap stres, serta merangsang kesehatan tanaman. Mikrobioma juga hidup di sela-sela pori tanah. Mikrobioma berperan menjaga kesuburan tanah. Namun demikian, apabila petani menggunakan obat-obatan kimia atau pestisida untuk membunuh hama, hal ini tentu saja dapat menyebabkan musnahnya mikrobioma, dan perlahan akan menurunkan potensi kesuburan tanah.

 

Melakukan Aktivitas di Alam

 

Selain khasiat alam yang dirasakan langsung oleh tubuh dengan cara mengonsumsinya, maupun dengan hidup bersimbiosis di tubuh kita sendiri, telah banyak penelitian mengungkapkan bahwa beraktivitas di tengah alam merupakan hal penting bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Sebuah penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang dibesarkan di lingkungan dengan banyak area hijau, memiliki peningkatan kontrol diri, memori, serta daya kognitif yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang hanya terdiri dari bangunan dinding dan beton semata.

 

Selain bermanfaat bagi daya kognitif, beraktivitas di alam dapat mengurangi tingkat stres, meningkatkan emosi positif dan kebahagiaan, serta mendorong interaksi positif antar individu. Di beberapa tempat di dunia, masyarakat yang memiliki tradisi beraktivitas di alam terbukti memiliki usia yang lebih panjang dibandingkan usia masyarakat pada umumnya. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dikerjakan oleh Dan Buettner dalam Blue Zones Project. Dalam perjalanannya mengelilingi dunia, salah satunya di Okinawa, Jepang, Buettner menemukan rata-rata usia penduduk di sana lebih panjang daripada rata-rata usia penduduk umumnya.

 

Apakah rahasia usia panjang yang dimiliki oleh penduduk di Okinawa, Jepang? Dengan prinsip hidup Ikigai yang mereka miliki, serta kebiasaan berkebun dan beraktivitas di alam, beberapa hal tersebut merupakan resep panjang umur yang dimiliki oleh para penduduk di Okinawa.

 

pikir-vita-2
Penduduk lanjut usia di Okinawa melakukan kegiatan di alam Sumber: bluezones.com

 

Sebuah program penyembuhan di alam diperkenalkan oleh Howard Clinebell, dari Universitas Columbia. Beliau menamai program penyembuhan tersebut dengan nama ekoterapi. Berdasarkan pengalaman dan penelitian yang dilakukannya, kontak manusia dengan alam memberi efek ketenangan dan relaksasi pada keseimbangan emosi manusia. Sebuah karya ilmiah yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America menyebutkan bahwa proses urbanisasi erat kaitannya dengan peningkatan gangguan mental, antara lain kecemasan dan depresi. Sebaliknya, orang-orang yang tinggal di perdesaan sangat sedikit mengalami gangguan kejiwaan. Salah satu faktor pendukung rendahnya gangguan kejiwaan tersebut adalah karena masyarakat perdesaan lebih banyak berkontak dengan alam dibandingkan masyarakat di perkotaan.

 

Di beberapa tempat yang lain, terdapat pula kegiatan di alam yang ditujukan untuk proses penyembuhan seperti: forest bathing atau shinrin yoku, sebuah tradisi di Jepang yaitu mencium aroma kayu pepohonan, mendengarkan gemericik suara air, dan kicauan burung, kegiatan ini diyakini dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan serta memberi rasa rileks pada seseorang. Seorang peneliti Jepang, Yoshifumi Miyazaki, seorang ahli terapi hutan dan peneliti di Universitas Chiba menemukan bahwa orang yang berjalan selama 40 menit di hutan cemara memiliki tingkat hormon kortisol yang rendah (hormon kortisol adalah hormon yang dihasilkan saat seseorang mengalami stres atau ketegangan), serta mengalami peningkatan tekanan darah dan sistem daya tahan tubuh. Seorang peneliti yang lain bernama Dr. Qing Li, profesor di Sekolah Kedokteran Tokyo, mengatakan bahwa pepohonan dan tumbuhan menghasilkan senyawa aromatik yang disebut phytoncides yang ketika dihirup seseorang dapat memberi efek terapi. Hal ini dibuktikan ketika seseorang berjalan malam hari di dalam hutan, akan meningkatkan kestabilan tekanan darah, serta peningkatan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit berbahaya seperti kanker.

 

pikir_vita_3
Forest Bathing Sumber: austria.info

 

Penutup

 

Kita telah mengetahui bahwa alam merupakan faktor penting bagi kesehatan tubuh fisik maupun jiwa manusia. Tanpa alam, kualitas hidup manusia akan berkurang secara drastis. Oleh karena itu, sudah saatnya manusia menghilangkan ego dan nafsu mementingkan diri sendiri, serta menghapus tindakan eksploitatif. Hilangkan ambisi untuk menaklukkan alam tanpa mengindahkan prinsip-prinsip pelestariannya. Menjaga keberagaman alam merupakan tanggung jawab setiap manusia yang memimpikan kehidupan yang damai dan sejahtera. Maka, marilah kita senantiasa jaga alam, agar alam senantiasa dapat memelihara kualitas hidup kita.

 

Referensi:

https://www.bluezones.com/blue-zones-project-results/ diakses pada 10 Desember 2021

https://www.alamsehatlestari.org/blog-detail/alam-dan-kesehatan-mental-1 diakses pada 10 Desember 2021

https://time.com/4405827/the-healing-power-of-nature/ diakses pada 18 Desember 2021

https://tirto.id/ekoterapi-kerja-kerja-alam-dalam-proses-healing-kesehatan-mental-es1y diakses pada 18 Desember 2021

 

 

 

 

Navita K. Astuti

Navita K. Astuti

Navita Kristi Astuti, sejak kuliah telah memiliki minat pada isu pemberdayaan manusia dan berbagi informasi melalui tulisan. Ia menempuh pendidikan S1di Biologi ITB (1995-2001) dan S2 di Network on Humanitarian Assistance (NOHA) di Rijksuniversiteit Groningen (2004-2005). Tahun 2001-2004, ia mengabdikan diri sebagai relawan di kamp pengungsi Pulau Timor bersama Jesuit Refugee Service. Setelah itu ia berkarya bersama Kuncup Padang Ilalang (2008-2009 di Aceh, 2011-2019 di Bandung). Sejak pertengahan April 2020, ia bergabung dengan Unpar Press.

Related Posts

[Pikir] Merefleksikan Keterpisahan Hubungan Manusia Perkotaan dengan Pangan dalam Perspektif Kritis

[Pikir] Mendiagnosa Kebebasan Diri di Era Post-Modern

[Pikir] Mendiagnosa Kebebasan Diri di Era Post-Modern

[Pikir] Kepemimpinan Kaum Muda Dalam Era Globalisasi

[Pikir] Kepemimpinan Kaum Muda Dalam Era Globalisasi

[Pikir] Berkembang Bersama Komunitas

[Pikir] Berkembang Bersama Komunitas

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 6
Total Visitors: 59711

Visitors are unique visitors