[Profil] SOFIA

[Profil] SOFIA

Sofia, bukan nama sebenarnya adalah seorang perempuan beranak lima orang. Anak-anak ini dilahirkan dari tiga perkawinan terdahulu. Pada perkawinan yang keempat ia tidak memiliki anak, tetapi dari suami keempat ini ia memiliki dua orang anak. Satu sudah remaja dan satu lagi masih di Sekolah Dasar. Tiga anak Sofia yang tertua sudah menikah. Sekarang ia tinggal bersama dua anaknya. Satu anaknya laki-laki yang sudah bekerja. Satu lagi anak perempuan bungsunya yang duduk di bangku SMA.

Kehidupan Sofia tidak bisa dibilang mudah. Jumlah perkawinannya yang empat kali menandakan berbagai macam konflik yang ia alami di fase kehidupan yang sebelumnya. Suaminya yang keempat ini lebih aneh lagi. Ia suka berjudi, main perempuan, melakukan kekerasan seperti memukul, mengurung, mengancam dan lain-lainnya. Sofia sudah kebal terhadap kekerasan semacam itu.Ada suatu saat di mana ia mengumpulkan keberanian dan menyiapkan surat cerai, lalu surat itu dirobek oleh suaminya.

Saya mengenal Sofia sejak lima tahun yang lalu. Lima tahun lalu, ia galak dan suka marah-marah. Ia balik mengancam suaminya yang melakukan kekerasan. Emosinya kuat. Ia sering ribut dengan suaminya dan keributan itu merembet ke mertuanya dan keluarga besar. Sementara di keluarganya ia ditolak karena keluarganya sebetulnya tidak setuju dengan pernikahannya yang keempat ini.

Saya tidak membayangkan kalau saya jadi dirinya. Mengingat beratnya persoalan yang dihadapi, mungkin saya sudah bunuh diri, atau setidak-tidaknya melarikan diri bersama anak saya yang bungsu ke tempat yang jauh untuk memulai kehidupan yang baru. Tetapi Sofia tidak melakukannya. Beberapa tahun yang lalu, ia sempat akan pergi ke Bali, mau jadi penjaga restoran, tetapi kemudian restorannya tutup karena pandemi. Jadi dia tetap di sini bersama dengan seribu satu masalahnya.

Sofia bilang, laki-laki cuma bikin masalah. Pada akhirnya ia juga yang harus menanggung semuanya. Biaya hidup seluruh keluarga. Termasuk biaya anak-anaknya sendiri dan biaya anak-anak suaminya. Selain berkonflik dengan suaminya, ia juga harus menghadapi konflik antar anak. Anak-anak yang merasa dibedakan karena mereka berasal dari ayah yang berbeda-beda. Berbagi kasih sayang dengan banyak anak dengan beragam karakter bukanlah perkara mudah.

Saya bilang padanya, “ini tidak adil”. Dia bilang, “memang”. Tapi entah kenapa Sofia bertahan di tengah segala persoalan. “Dua tahun lagi anak saya yang bungsu lulus SMA”. Mungkin setelah anak saya yang bungsu mandiri, beban saya bisa berkurang. Keyakinan itu yang membuatnya bertahan. Saya tidak cukup mendalami apakah anak-anak Sofia mengalami trauma melihat pengalaman sulit ibunya. Saya menduga ya, tetapi saya belum punya cukup keberanian untuk menggali hal ini lebih jauh.

Sofia sepenuhnya sadar bahwa yang dia alami adalah sebuah ketidakadilan. Sebuah struktur kekuasaan yang bekerja lewat hubungan-hubungan yang tidak adil yang dilindungi oleh institusi perkawinan. Di dalam hidup perkawinannya saat ini, hidupnya di tangan suaminya. Meskipun, sebetulnya ia yang membiayai seluruh hidup keluarganya dari hasil kerjanya setengah hari setiap hari karena siang hari dan seterusnya suaminya ingin ia ada di rumah dan tidak keluyuran. Sementara itu suaminya keluyuran bersama teman-temannya yang mabuk dan menghabiskan gaji mingguan yang diperolehnya dari kerja bangunan. Sungguh tidak adil.

Dalam tekanan seperti itu, Sofia sering sakit. Sakit lambung. Tubuhnya kurus. Wajah cantiknya seperti tidak bernyawa. Matanya sayu seperti tidak ada kehidupan. Berat badannya susut. Ia seperti mayat berjalan yang ditutupi dengan bedak yang tebal dan gincu merah menyala di bibirnya. Merias wajah adalah hiburan untuk mengurangi penderitaan. Itu yang dikatakannya. Saya bilang, “kamu seperti topeng” dan saya tetap bisa merasakan kesedihan di balik topeng itu. Berat.

Sofia bertahan dalam kehidupan yang seperti itu selama bertahun-tahun, Hidupnya seperti drama dalam tayangan sinetron di televisi yang tidak pernah habis episodenya. Tadinya saya berpikir cerita di sinetron itu sepertinya terlalu berlebihan dan dibuat-buat. Mengetahui kehidupan Sofia, saya pikir itu seperti sinetron hidup yang tayang setiap hari. Tiap hari ada masalah. Silih berganti. Saya bilang ke Sofia, “kalau hidup kamu ini jadi sinetron yang kamu pemeran utamanya, mestinya kamu sudah kaya”. Tapi Sofia tidak kaya. Dia justru terjerat banyak hutang. Entah kapan dan bagaimana hutang-hutangnya itu akan terlunasi.

Tahun ini Sofia berubah. Dia tambah lebih segar dan lebih gemuk. Pipinya mulai berisi dan sorot matanya lebih bersemangat. Dia bilang sekarang dia makan lebih banyak. Ia mau sehat dan bahagia meskipun dalam kehidupannya yang sulit. Memangnya kebahagiaan cuma milik orang yang tidak punya masalah. Jadi dia bilang, “sekarang saya mau bawa senangnya saja. Saya merasa senang atau susah, persoalan sama saja susahnya”. Jadi menurut Sofia, percuma merasa susah, persoalan tak selesai dengan perasaan itu.

Saya tanya kepadanya, “kok kamu berubah pikiran tentang hidupmu?” Dia cerita beberapa waktu yang lalu ia didatangi tetangganya yang sedang stress. Tetangganya itu punya banyak kesulitan. Sinetron juga hidupnya. Sofia mendengarkan cerita tetangganya itu baik-baik dan memberikan penghiburan sebisanya. Dia mencoba menyemangati tetangganya itu. Tetangganya bilang, “Teteh hebat ya. Kelihatannya senang terus hidupnya. Bagaimana caranya Teh?”. Dalam hati Sofia tertawa mendengarkan komentar tetangganya itu. Dia tahu hidupnya sulit dan ia tahu ia tidak bahagia terhadap kehidupannya. “Aneh sekali mendengarkan komentar tentang hidupku yang membahagiakan, padahal kenyataannya tidak seperti itu”. “Tapi aku senang bisa dianggap tampak bahagia. Mungkin aku juga bisa sungguh bahagia dalam hidupku yang sulit ini”.

Begitulah Sofia, sekarang jadi tempat bercerita untuk tetangga-tetangganya yang kesusahan. Dalam proses mendengarkan ia merasakan penderitaan tetangga-tetangganya itu. Dalam beberapa hal penderitaan mereka tampaknya lebih berat dari yang ia alami. Ia berusaha keras untuk menyemangati dan menghibur tetangga-tetangganya itu. Dalam proses itu, ia merasa hidupnya jadi berarti. Ada juga orang yang bisa ditolong lewat proses mendengarkan. “Karena harus mendengarkan cerita sedih, kan saya tidak bisa sedih. Kan aneh, kalau ada orang bercerita kesusahan terus malah saya menceritakan kesusahan saya sendiri”. Begitulah Sofia dengan peran barunya.

Dari pura-pura bahagia Sofia tampaknya berubah menjadi sungguh-sungguh berbahagia. Masalah dengan suaminya masih tetap sama. Tapi cara pandangnya terhadap persoalan itu berubah. Ia tidak lagi terlalu terpengaruh secara emosional oleh masalah-masalah itu. Ia lebih fokus pada apa yang ia sendiri dapat kerjakan dan juga membantu orang-orang lain yang membutuhkan telinga untuk mendengarkan mereka.

Saya melihat proses transformasi di sini. Sebuah perubahan cara pandang terhadap kehidupan yang mempengaruhi cara orang menjalani hidupnya dan pada akhirnya juga kehidupan orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Mungkin orang-orang kunci yang diharapkan berubah tidak kunjung berubah, tapi setidaknya perubahan diri sendiri penting sekali dalam membangun perubahan-perubahan yang lebih besar di dalam lingkungan yang lebih luas.

sofia-photo-by-nina-uhlikova
Sumber gambar: Nina Uhlikova (https://www.pexels.com/photo/person-standing-on-hand-rails-with-arms-wide-open-facing-the-mountains-and-clouds-725255/)

 

 

 

 


        
            
Any Sulistyowati

Any Sulistyowati

Any Sulistyowati adalah trainer dan fasilitator di Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang. Peran utama yang sedang dijalani saat ini adalah: (1) memfasilitasi komunitas/ organisasi/ kelompok untuk membuat visi bersama dan perencanaan untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (2) menuliskan inisiatif-inisiatif untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (3) membangun pusat belajar (Rumah KAIL) untuk memfasilitasi proses berbagi dan belajar antar individu dan organisasi.

Related Posts

[Profil] Kebun Firdaus: Sebuah Pembelajaran Membangun Kebun Sekolah

[Profil] Kebun Firdaus: Sebuah Pembelajaran Membangun Kebun Sekolah

[Profil] Akademi Komunitas Nusantara – Teman Belajar Mengisi Waktu Luang

[Profil] Akademi Komunitas Nusantara – Teman Belajar Mengisi Waktu Luang

[Profil] Tani Bestari: Pengalaman Belajar Pertanian Alami di Lahan Tidur Kota Bandung

[Profil] Tani Bestari: Pengalaman Belajar Pertanian Alami di Lahan Tidur Kota Bandung

[Profil] Pengalaman Para Anggota Community Supported Agriculture (CSA) YPBB-KAIL

[Profil] Pengalaman Para Anggota Community Supported Agriculture (CSA) YPBB-KAIL

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 21
Total Visitors: 33703

Visitors are unique visitors