[Editorial] Berdamai Dengan Sesama

[Editorial] Berdamai Dengan Sesama

Editorial Edisi 26

 

Selamat hari merdeka!

Dalam edisi kali ini, Majalah Proaktif mengambil tema: Berdamai dengan Sesama. Tema ini dipilih karena bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. Selama 75 tahun merdeka, perdamaian sejati belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Masih banyak konflik yang terjadi, baik yang terbuka maupun yang terselubung. Baik antar pribadi di dalam keluarga, di dalam masyarakat, maupun antar kelompok masyarakat, maupun antara masyarakat dengan penguasa.

Tulisan-tulisan yang dimuat dalam edisi ini merupakan sumbangan dari para relawan penulis Majalah Proaktif, yang berasal dari beragam latar belakang pendidikan, profesi dan budaya. Tulisan-tulisan tersebut merupakan panggilan bagi kita semua untuk membangun perdamaian dengan sesama. Mulai dari lingkungan yang paling dekat dengan diri kita, misalnya dengan pasangan, dengan anggota keluarga, sebagai anggota di dalam masyarakat, sebagai warga negara Indonesia, dan sebagai penduduk bumi.

Pada edisi kali ini, rubrik PIKIR mengangkat dua artikel. Dalam artikel yang pertama, Eventus Ombri Kaho mengangkat permenungan Emannuel Levinas tentang hubungan manusia dan “the other” (orang lain), kemudian mengajak pembaca untuk lebih jauh merenungkan konsep damai antara diri sendiri dengan orang lain. Dalam artikel yang kedua, Umbu menyampaikan sebuah permenungan tentang kisah migrasi, sebuah proses transformasi kesadaran untuk ‘memahami’ hal-hal yang tidak diketahui. Ketika rangkaian kisah migrasi ini dirangkai, manusia menciptakan cerita perdamaiannya.

Dalam rubrik MASALAH KITA, disajikan dua artikel. Dalam artikel yang pertama, Maria Dian Nurani mengajak kita untuk merajut perdamaian. Polarisasi di masyarakat sejak pemilihan presiden tahun lalu adalah salah satu contoh peristiwa bagaimana komunitas-komunitas di masyarakat menjadi sarat kepentingan dan kerap memicu konflik. Upaya membangun perdamaian melalui pengelolaan konflik dengan membentuk komunitas yang bebas membicarakan apapun, kecuali politik, ternyata malah bisa salah arah dan jauh dari tujuan perdamaian itu sendiri. Di sini kita mendapatkan gambaran bahwa proses membangun perdamaian ibarat sebuah proses merajut yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dalam artikel yang kedua, David Ardes Setiady mengangkat persoalan-persoalan tentang keberadaan masyarakat Tionghoa di bumi Nusantara, serta jatuh bangun mereka dalam perjalanan berbaur dengan masyarakat pribumi. Melalui artikel ini, David Ardes mengajak pembaca untuk semakin menyadari permasalahan yang kemungkinan besar timbul akibat salah persepsi terhadap fakta dan sejarah, maupun pada pelintiran-pelintiran informasi yang demikian marak di masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.

Rubrik OPINI edisi ini ditulis oleh Lindawati Sumpena. Tulisan tersebut mengilustrasikan peristiwa diskriminatif yang terjadi pada warga kulit hitam di Amerika Serikat. Dari ilustrasi tersebut, ia mengajak para pembaca untuk mengenali bias-bias yang ada pada diri agar terhindar dari perilaku subjektif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Melalui rubrik PROFIL, Alamsyah M Dja’far & Aldilla Septerina, mengajak kita untuk memahami latar belakang dan impian Savic Ali, yang mengkampanyekan toleransi melalui media sosial. Bagi Savic, kemerdekaan pada dasarnya adalah bebas dari penindasan, termasuk dari penindasan atas nama agama. Kesadaran ini penting sekali untuk dikampanyekan kepada generasi muda saat ini.

Rubrik TIPS kali ini mengangkat dua artikel. Dalam artikel yang pertama, Anastasia Levianti menyimpulkan bahwa bertindak dengan berpusat pada prinsip “damai-di-hati” akan membantu kita berdamai dengan dunia. Ia menyatakan bahwa konflik yang kita alami dengan orang lain sering kali bersumber pada penolakan kita atas sikap, perkataan, dan tindakan orang lain yang tidak sesuai dengan standar harapan kita. “Damai-di-hati” sama artinya dengan tidak langsung mengikuti desakan, melainkan mundur dari desakan untuk berefleksi dan menemukan bayangan diri, mengakuinya, menerimanya, dan mengambil tanggung jawab penuh untuk menanganinya. Dalam artikel yang kedua, Dominika Oktavira Arumdati menawarkan kiat-kiat untuk memaafkan pasangan yang berkhianat. Disadari bahwa ini bukanlah perkara mudah. “Yang lalu tinggal lah di masa lalu” merupakan salah satu prinsip yang berguna untuk diterapkan dalam situasi ini.

Dalam rubrik MEDIA, Navita Kristi Astuti menawarkan bacaan dan sebuah perspektif baru dalam memaafkan. Dalam setiap konflik selalu ada pelaku (pihak yang menimbulkan konflik) dan korban (pihak yang terdampak konflik). Agar proses memaafkan dapat terjadi, biasanya harus diidentifikasi siapa yang berada dalam posisi apa (pelaku atau korban). Memaafkan secara radikal – RADICAL FORGIVENESS – meniadakan posisi tersebut. Buku ini tidak hanya merupakan buku elektronik yang dapat diunduh gratis, namun juga website yang menawarkan tools latihan yang dapat membantu kita untuk memberikan maaf dan terbebas dari luka batin.

Liesnawati, staf pengajar di Peacesantren Welas Asih mengajak kita mengunjungi pesantrennya yang berlokasi di Garut melalui rubrik JALAN-JALAN. Pembelajaran di sekolah tersebut mendahulukan perdamaian dengan alam dan sesama, melalui metode project-based learning maupun game-based learning.

Dalam rubrik RUMAH KAIL, Any Sulistyowati mengulas hubungan Rumah KAIL dengan para tetangga di Kampung Cigarukgak. Ternyata perbedaan pemahaman para tetangga terhadap maksud dan tujuan desain Rumah KAIL memberikan persoalan yang cukup merepotkan. Seringkali, konflik dengan tetangga menjadi tidak terhindarkan. Penerapan prinsip dan nilai organisasi KAIL dalam menyelesaikan (serta mengantisipasi) konflik tersebut berada dalam bingkai cerita berdamai dengan tetangga.

Demikian persembahan dari kami. Selamat membaca. Selamat berdamai dengan sesama!

 

Tim Redaksi Majalah Proaktif Online

Agustus 2020

 

sumber illustrasi: https://rb.gy/vbo2fv

editor

editor

Related Posts

[Editorial] Belajar Bersama Alam dan Komunitas

[Editorial] Belajar Bersama Alam dan Komunitas

[Editorial] Belajar Mandiri

[Editorial] Belajar Mandiri

[Editorial] Transformasi Kehidupan

[Editorial] Transformasi Kehidupan

[Editorial] Transformasi Masyarakat

[Editorial] Transformasi Masyarakat

No Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

edisi

Terbaru

Rubrik

Recent Comments

STATISTIK

Online User: 0
Today’s Visitors: 20
Total Visitors: 33292

Visitors are unique visitors